REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyatakan bahwa kualitas udara di Sumatera dan Kalimantan semakin baik pada Jumat (30/10) pagi dibandingkan dengan selama beberapa hari sebelumnya.
"Hujan yang cukup merata selama tiga hari terakhir menyebabkan jarak pandang dan kualitas udara membaik di Sumatra dan Kalimantan," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Jumat pagi.
Dia juga menjelaskan jumlah titik api atau hotspot sebagai indikator terjadinya kebakaran hutan dan lahan juga berkurang.
Bahkan, kata dia, berdasarkan laporan yang diterima BNPB, diketahui bahwa cuaca di Palangkaraya pada Jumat pagi kembali cerah.
Pihaknya berharap, kondisi demikian terus berlangsung di wilayah-wilayah yang terpapar kabut asap.
"Kita berharap pertumbuhan awan di wilayah-wilayah yang terpapar asap terus meningkat," katanya.
Berdasarkan pantauan terakhir pada Kamis (29/10) pukul 16.00 WIB, diketahui bahwa satelit hanya mendeteksi satu titik api atau hostspot di wilayah Kalimantan Selatan.
"Pantauan satelit Terra & Aqua hanya memantau satu titik api di Kalimantan, yakni di Kalimantan Selatan," kata Sutopo.
Di Sumatera, satelit masih mendeteksi adanya 148 titik api, yakni di Bengkulu satu titik, di Lampung 30 titik, di Sumatera Barat satu titik, dan Sumatera Selatan 109 titik.
Dia juga mengatakan bahwa jarak pandang dan cuaca di Padang 5.000 meter dan berasap, Pekanbaru 4.000 meter dan berasap, Jambi 1.700 meter dan berasap, serta Palembang 2.000 meter dan berasap.
Di Pontianak 10.000 meter dan berawan, Ketapang 10.000 meter dan berawan, Palangkaraya 5.000 meter dan berasap, serta Banjarmasin 5.000 meter dan berawan.
Indeks kualitas udara, berdasarkan pantauan Kamis (29/10) di Pekanbaru, masuk kategori sedang, Jambi menunjukkan kualitas baik dan Palembang menunjukkan berbahaya.
"Indeks kualitas udara di Pontianak baik, Banjarbaru baik, Samarinda baik, dan Palangkaraya tidak sehat," katanya.