REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Direktur Eksekutif Greenpeace Asia Tenggara Emmy Hafild menegaskan dirinya telah berhenti menjadi supporter Greenpeace Indonesia. Keputusan tersebut dibarengi pernyataan kecewa dengan sikap dan strategi Greenpeace dalam mengadvokasi perusahaan yang diduga menjadi dalang kebakaran lahan gambut.
"Terbakarnya lahan-lahan perusahaan menunjukkan strategi constructive engagement yang diterapkan Greenpeace sejak 2013 gagal total," kata Emmy dalam pernyataannya, Kamis (29/10).
Tragedi asap, lanjut dia, telah menyebabkan 50 juta rakyat Indonesia terpapar asap, lebih dari 540 ribu orang menderita ISPA dan kerugian ekonomi ratusan triliun rupiah.
Keterlibatan perusahaan-perusahaan besar yang bekerjasama dengan Greenpeace sudah terang benderang. Hal tersebut menjadi fakta dan issu publik yang panas selama tiga bulan terakhir. Fakta juga menunjukkan posisi Greenpeace dipakai oleh perusahaan untuk "greenwashing image" mereka dan melemahkan posisi CSO Indonesia dalam menghadapi kekuatan kapital yang sangat besar di balik tragedi asap ini.
Apabila dalam waktu sepekan tidak ada perubahan repositioning Greenpeace, Emmy akan menulis surat terbuka untuk meminta Greenpeace dibubarkan karena lebih memilih bersama perusahaan yang lahannya terbakar daripada rakyat Indonesia. "Saya juga menyerukan kepada seluruh supporter Greenpeace Indonesia untuk berhenti menjadi supporter," katanya.
Ia juga menegaskan, kritiknya untuk Greenpeace jangan dikait-kaitkan dengan aksi aktivis lingkungan secara umum. Protesnya hanya berlaku untuk Greenpeace, tidak yang lain.