Kamis 29 Oct 2015 17:09 WIB

Pegiat Dunia Maya Diajak Perangi Konten Ekstrem

Dunia Maya
Foto: VOA
Dunia Maya

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme mengajak kalangan pemuda khususnya yang aktif di dunia maya ikut memerangi terorisme dengan menebarkan konten-konten positif.

"Kami harapkan para pemuda yang aktif didunia maya dapat melawan gerakan terorisme yang menyebarkan konten negatif, dengan konten positif yang mencerahkan dan mencerdaskan masyarakat," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Saud Usman Nasution dalam "Workshop Damai di Dunia Maya" yang diselenggarakan BNPT di Yogyakarta, Kamis (29/10).

Menurut Saud, jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki BNPT saat ini belum memadai untuk mencegah seluruh sebaran konten ekstrim di dunia maya yang mudah diakses oleh jutaan pengguna media sosial di seluruh Indonesia.

Selain dapat berkontribusi mengisi konten positif yang mencerahkan, para pemuda pengguna media sosial, kata Saud, juga diharapkan proaktif mengawasi dan melaporkan setiap situs yang memuat konten negatif agar dapat dilakukan pemblokiran. "Siapapun yang menemukan situs negatif bisa melaporkan ke Kemenkominfo," tegasnya.

Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT, Mayjen TNI Agus SB mengatakan sebagai upaya kontra narasi terhadap konten-konten radikal terorisme, BNPT juga membentuk Pusat Media Damai (PMD) dengan meluncurkan tiga situs yakni www.damailahindonesiaku.com, jalandamai.org, dan damai.id. "Situs itu sebagai alat perlawanan provokasi dan propaganda radikal di dunia maya," tutur dia.

Menurut Agus, tiga laman yang diluncurkan tersebut menyajikan informasi dan edukasi kepada masyarakat melalui cara-cara yang beradab dan bertanggung jawab.

Pakar media sosial, Nukman Luthfie mengatakan dalam pergerakan kelompok radikal di internet, mereka memiliki pemuka pendapat atau (key opinion leader). Mereka adalah orang-orang yang dianut oleh banyak pengguna media sosial karena pemikirannya yang dianggap bagus.

Di sisi lain, para pengguna media sosial kebnayakan merasa tidak perlu tahu siapa yang mereka ikuti, sehingga ketika tokoh tersebut mengajak melakukan sebuah gerakan, para pengikutnya akan langsung mengikuti ajakan tersebut. "Surganya kelompok ISIS ada di sosial media, karena proses rekrutmennya cenderung lebih gampang," tukasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement