Kamis 29 Oct 2015 14:45 WIB

Sleman Belum Bisa Bebas 100 Persen dari Katarak

Rep: C97/ Red: Karta Raharja Ucu
Berkurangnya kemampuan melihat, katarak dan gangguan penglihatan yang dipicu oleh diabetes merupakan penyebab kebutaan yang umum terjadi di komunitas warga Aborijin.
Foto: abc
Berkurangnya kemampuan melihat, katarak dan gangguan penglihatan yang dipicu oleh diabetes merupakan penyebab kebutaan yang umum terjadi di komunitas warga Aborijin.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kabupaten Sleman belum bisa bebas 100 persen dari penyakit katarak. Sebab menurut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman Mafilindati Nuraeni, katarak merupakan penyakit yang dipengaruhi faktor usia dan paparan sinar matahari.

Di Sleman sendiri penduduk lanjut usia cukup banyak. Ditambah dengan iklim tropis, matahari di kabupaten bagian utara DIY itu cukup terik. Sehingga membuat penyakit tersebut tidak bisa dihilangkan menjadi nol kejadian.

"Ketika ada lansia pasti ada pengidap katarak," kata perempuan yang akrab dipanggil Linda itu saat ditemui pada Program operasi katarak gratis di Puskesmas II Mlati, Kamis (29/10).

Namun begitu paling tidak Pemkab Sleman akan terus berupaya untuk meminimalisir jumlah penderita katarak. Linda mengemukakan angka pengidap katarak hanya bisa diturunkan hingga prevalensinya sebesar 0,7 persen dari total penduduk Sleman. Caranya dengan mengganti lensa mata yang telah rusak melalui operasi.

"Kalau sudah operasi diharapkan yang tadinya parah sampai jalan pun mesti dituntun, nanti bisa beraktivitas normal secara mandiri," kata Linda.

Ia menjelaskan kebanyak penderita katarak adalah mereka yang sejak muda bekerja di tempat yang terpapar sinar matahari langsung, seperti petani.

Maka itu guna menjaga fungsi mata, sebaiknya masyarakat menjalani aktivitas lapangan dengan menggunakan pelindung berupa kaca mata. Berdasarkan hasil survey Riskesdas pada 2013, prevalensi katarak DIY sebesar dua persen.

Berdasarkan laporan LB 1 Puskesmas, jumlah kasus katarak di Kabupaten Sleman tahun 2014 sebanyak 1.545 kejadian dengan total penduduk 1.062.801 jiwa. Kasus tersebut meliputi kejadian baru dan lama. Upaya mencegah dan menanggulangi kebutaan sendiri sangat perlu dilakukan.

Karena itu Pemkab Sleman menggelar operasi katarak gratis. Ada sebanyak 239 penderita katarak yang mendaftar ke program tersebut. Namun hanya 25 orang yang dinyatakan dapat dioperasi di Puskesma II Mlati.

"Karena hanya 25 orang yang bisa dibius lokal. Yang lainnya harus dirujuk ke rumah sakit," ujar Linda.

Ia berharap kegiatan ini dapat menjadi salah satu langkah awal dalam mengurangi kasus katarak di Kabupaten Sleman. Linda mengatakan pada 15 November mendatang, akan ada operasi katarak gratis yang akan diselenggarakan di Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM. Bagi pengidap katarak yang tidak bisa ditangani Puskesmas bisa melakukan operasi di RSA UGM.

Penjabat Sleman Gatot Saptadi mengakui penyakit katarak memang tidak bisa dihilangkan secara menyeluruh. Namun begitu Pemkab Sleman akan terus mengupayakan berbagai cara untuk menekan angka penderita katarak.

"Dengan terbebasnya dari katarak, maka diharapkan masyarakat dapat beraktivitas lebih optimal. Terutama untuk mewujudkan kesejahteraan diri dan keluarga," katanya saat ditemui dalam acara operasi katarak gratis di puskesmas. Menurutnya terbebasnya masyarakat dari katarak akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan.

Sementara itu peserta operasi katarak gratis dari Karakan, Godean, Setyo Harjono (70) mengaku sangat terbantu dengan program tersebut. Sebab ia tidak memiliki biaya untuk menyembuhkan penyakitnya sendiri.

Selama ini pria yang telah menderita katarak kurang lebih satu tahun itu tidak pernah berobat ke rumah sakit. "Ya karena tidak ada biaya jadi tidak pernah periksa," ujarnya. Ia berharap setelah operasi, mata kanannya yang rabun dapat melihat dengan jelas seperti sebelumnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement