REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masalah kabut asap yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia di luar prediksi pemerintah.
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Pandjaitan mengakui, bahwa kebakaran hutan yang disebabkan el-nino sehingga berdampak pada bencana asap di mana-mana karena kesalahan prediksi.
"Maaf saya harus jujur mengatakan, bahwa kami tidak tahu, BMKG juga tidak tahu bahwa el-nino yang sekarang ini jauh lebih parah dari prediksi mereka," ujarnya pada konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (28/10).
Ia menjelaskan, biasanya pada bulan September atau Oktober musim penghujan akan tiba, namun tahun ini ternyata hingga akhir Oktober hujan masih jarang turun. Ditambah lagi el-nino yang terjadi pada tahun ini begitu tidak terprediksi dampaknya.
Kekeliruan dalam memprediksi tersebut, diakui Menkopolhukam merupakan sebuah kesalahan yang pantas diakui. Prediksi pemerintah meleset cukup parah sehingga menimbulkan kerugian cukup besar bagi masyarakat Indonesia.
"El-nino oleh badan meteorologi nasional sudah diberitahu kepada kita bahwa bulan Maret akan ada. Tapi parahnya tidak terbayangkan daripada el-nino tahun 1997,"
Sebagai penebus kesalahan tersebut, Luhut menegaskan, presiden melalui menteri-menterinya sudah melakukan kerja yang terintegrasi semaksimal mungkin untuk memadamkan kebakaran lahan dan hutan. Selain itu, melalui Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) diikut sertakan untuk menangani hujan buatan yang sudah bisa mulai dilakukan karena awan mulai berada di langit daerah yang terpapar asap.
Ia berharap, dengan pemanfaatan hujan buatan yang terus menerus beberapa hari mendatang akan memadamkan api di beberapa lahan yang masih terbakar. Diprediksikan jika hujan buatan sukses dilakukan, maka api akan padam secara keseluruhan pada akhir pekan depan.