Rabu 28 Oct 2015 10:17 WIB
Sumpah Pemuda

Budayakan Bahasa Indonesia di Ruang Publik

Rep: Antara/ Red: Andi Nur Aminah
Sejumlah mahasiswa belajar bahasa Inggeris di sebuah gubuk di Kresna Language Center, Pare, Kediri
Foto: antarafoto
Sejumlah mahasiswa belajar bahasa Inggeris di sebuah gubuk di Kresna Language Center, Pare, Kediri

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pakar bahasa dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatra Barat (Sumbar), Gusti Asnan mengatakan salah satu cara menjaga identitas Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional ialah dengan menggunakannya di ruang publik.

"Fenomena yang hadir saat ini ialah mulai tergantikannya Bahasa Indonesia dengan bahasa asing terutama Bahasa Inggris di masyarakat kelas menengah ke atas. Termasuk para pejabat saat bertutur, berdiskusi dan pidato di ruang publik," kata dia di Padang, Rabu (28/10). 

Ia mengatakan keinginan untuk menjadikan bahasa yang satu Bahasa Indonesia itu sudah mulai pudar sehingga muncul bahasa-bahasa asing yang mendominasi di negeri sendiri. Namun, fenomena yang terjadi pada masyarakat menengah ke bawah berbeda dan memperlihatkan penggunaan Bahasa Indonesia sudah cukup baik dan berkembang lebih luas.

"Saat ini bahkan banyak budayawan lokal yang mencemaskan fenomena semakin baiknya penggunaan Bahasa Indonesia pada masyarakat menengah ke bawah. Bahkan di pedalaman karena dapat menggantikan bahasa daerah," kata dia.

Dua hal berbeda ini menjadi gambaran bagaimana para pejabat menjadikan Bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional malah mulai beralih ke bahasa asing di saat masyarakat telah mulai mencintai bahasa negaranya.

Penyebab bahasa asing mulai meluas ini ialah berkembangnya bahasa tersebut di masa global serta sikap mental bangsa Indonesia yang cenderung berorientasi pada hal itu.

"Saya tidak bisa menilai siapa yang harus bertanggungjawab atas penggunaan Bahasa Indonesia yang minim pada masyarakat kelas atas. Namun hal inilah yang perlu diperbaiki," ujar dia.

Penggunaan bahasa asing memang perlu. Namun dia menilai untuk acara resmi dan kegiatan-kegiatan di ruang publik, setiap individu sebaiknya menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

"Setiap orang boleh menggunakan simbol-simbol baru dengan penggunaan bahasa asing, namun sebagai rakyat Indonesia mereka harus menyadari bahasa nasional yang dimiliki," kata dia.

Kecenderungan masyarakat yang suka meniru dapat dimanfaatkan oleh pejabat dan pemerintah untuk memberi contoh penggunakan Bahasa Indonesia di ruang publik.

Sementara salah seorang pengajar Bahasa Inggris Donny Syofyan mengatakan saat ini masyarakat cenderung menggunakan bahasa tutur yang berada di tengah Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

"Banyak orang yang tidak memahami penggunaan Bahasa Indonesia yang baik, kemudian mencintai bahasa asing namun juga tidak menguasainya," kata dia.

Ia mengatakan hal yang terpenting dalam memaknai Bulan Bahasa ialah masyarakat mempelajari kedua bahasa tersebut tapi pintar dalam mempergunakannya di ruang publik atau dalam kehidupan sehari-hari.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement