REPUBLIKA.CO.ID, AKARTA -- Di tengah-tengah masa lawatannya ke Amerika Serikat, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan untuk kembali ke Tanah Air. Keputusan ini diambil lantaran Jokowi ingin meninjau langsung penanganan bencana kabut asap di Sumatra dan Kalimantan.
Keputusan ini pun dianggap sebagai keputusan yang tepat. Menurut pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair), Haryadi, keputusan ini tentu diambil Jokowi dalam posisi yang dilematis. Satu sisi, ada kepentingan hubungan bilateral dengan Amerika Serikat dalam kunjungan itu. Tapi, di sisi lain, ada darurat asap di Indonesia yang sudah memiliki dampak secara luas, terutama dari segi kesehatan warga.
Haryadi pun menilai, Presiden Joko Widodo sudah mengambil keputusan yang tepat untuk kembali ke Indonesia dan langsung terlibat dalam penanganan bencana kabut asap. Terlebih, agenda inti dalam kunjungan ke Amerika Serikat sudah dijalani oleh Presiden Joko Widodo, salah satunya bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama.
''Dengan acara inti yang sudah dijalani di Amerika, maka tepat sekali, Presiden memutuskan untuk segera pulang. Itu menjadi keputusan realistis yang diambil Presiden untuk saat ini,'' ujar Haryadi ketika dihubungi Republika, Selasa (27/10).
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo tiba di Amerika Serikat pada Ahad (25/10) waktu setempat. Namun, Presiden akhirnya memutuskan untuk mempercepat lawatannya ke Amerika Serikat dan membatalkan sejumlah agenda. Salah satunya adalah pertemuan dengan sejumlah CEO perusahaan asal Amerika Serikat di wilayah Pantai Barat (West Coast).
Akhirnya, Presiden Joko Widodo telah menugaskan menteri-menteri yang terkait, seperti Menteri Perdagangan, Kepala BKPM, Menteri Komunikasi dan Informatika, dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif. Rencananya, Jokowi dan rombongan akan bertolak dari Amerika Serikat dan kembali ke Tanah Air pada Selasa (27/10) waktu setempat. Bahkan, sekembalinya dari Amerika Serikat, Presiden dijadwalkan untuk langsung menuju Kalimantan Tengah dan Sumatra Selatan.