REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Debat antarpasangan calon bupati Bima dinilai menjadi dinamis dengan kemunculan pasangan Abdul Khayir-Abdul Hamid. Pasangan nomor urut 1 ini tampil lugas dan apa adanya dalam memberikan jawaban yang ditanyakan kepada mereka terkait problematika masyarakat Bima.
Pengamat sosial politik dari Institut Agama Islam (IAI) Muhammadiyah Bima, Azhar, menilai pasangan calon yang diusung lewat 44.027 dukungan KTP ini lebih mengerti persoalan. Hal ini terlihat dari jawaban mereka yang juga menyinggung kebutuhan dasar masyarakat Bima. Misalnya ketika tentang tentang ilegal logging, calon bupati Bima Abdul Khayir memberikan solusi dengan cara meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan produksi pertanian. Untuk meningkatkan produksi pertanian itu diperlukan air bersih untuk mengairi areal persawahan.
Mengutip jawaban Abdul Khayir, kata Azhar, apabila petani sudah sejahtera maka tidak ada lagi masyarakat yang naik ke gunung untuk menebang pohon, yang ada mereka justru menanam pohon. "Jawaban itu sangat menyejukkan. Khayir tidak serta merta menyalahkan adanya masyarakat yang masih menebang pohon tapi bagaimana memberikan solusi dan pemahaman kepada masyarakat bahwa keberadaan pohon sangat penting untuk kebutuhan air bersih dan meningkatkan produksi pertanian," kata Azhar, Selasa (27/10).
Selain itu, menurut Azhar, cabup Khayir dan cawabup Hamid merupakan calon pemimpin yang diusung rakyat Bima melalui jalur perseorangan. "Pemimpin yang berangkat dari bawah tentunya lebih mengerti persoalan rakyatnya," kata Azhar.
Debat antarpasangan calon itu, menurut Azhar, justru menjadi panggung bagi Khayir-Hamid untuk menyarakan permasalahan rakyat yang mereka temui saat blusukan dan menyerap langsung aspirasi masyarakat. "Ketika blusukan, petani dan nelayan di Kecamatan Wera dan Kecamatan Ambalawai mengutarakan isi hatinya. Seorang petani di Desa Wora Kecamatan wera, Ani mengaku kesulitan air bersih. Apalagi saat ini tengah berada dalam musim kemarau," kata Azhar.