Selasa 27 Oct 2015 04:00 WIB

Kemarau Panjang, Air Sumur Berubah Menjadi Payau

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Indah Wulandari
Seorang warga berjalan di areal tambak udang yang mengering di desa Sukadadi, Kecamatan Arahan, Indramayu, Jawa Barat, Rabu (21/10). Petambak membiarkan lahan tambak mengering karena buruknya kualitas air
Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Seorang warga berjalan di areal tambak udang yang mengering di desa Sukadadi, Kecamatan Arahan, Indramayu, Jawa Barat, Rabu (21/10). Petambak membiarkan lahan tambak mengering karena buruknya kualitas air

REPUBLIKA.CO.ID,BANYUMAS -- Kemarau panjang tidak hanya menyebabkan sejumlah sumur warga di Kabupaten Banyumas mengering. Namun ada juga sumur yang airnya kemudian terasa payau.

Kondisi ini terjadi pada sumur-sumur warga di Desa Menganti Kecamatan Rawalo.

''Kami menduga air sumur warga yang terasa payau tersebut disebabkan adanya intrusi air laut dari pantai selatan,'' jelas anggota Dewan Sumber Daya Air Jawa Tengah Eddy Wahono, Senin (26/10).

Pada musim kemarau sebelumnya, kata dia, sumur warga di desa tersebut tidak pernah berubah rasa menjadi payau. Biasanya, laporan mengenai sumur warga yang payau tersebut hanya terjadi di kawasan Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap, yang berjaak sekitar 10 kilometer dari garis pantai laut Selatan.

''Namun pada musim kemarau sekarang ini, rasa air sumur yang payau ternyata telah mencapai Desa Menganti Kecamatan Rawalo Kabupaten Banyumas. Padahal jarak desa ini dengan garis pantai mencapai lebih dari 20 kilometer,'' katanya.

 

Menurut dia, rasa air sumur warga yang payau ini, kemungkinan karena cadangan air tawar dalam tanah di wilayah Desa Mengati sudah semakin berkurang. Hal ini menyebabkan intrusi air laut terus mendesak semakin ke jauh ke wilayah daratan. Khususnya, pada musim kemarau panjang seperti sekarang.

Dia juga menyebutkan, kemarau panjang yang telah berlangsung lebih dari empat bulan tanpa hujan sama sekali, telah menyebabkan debit air Sungai Serayu turun drastis. Kondisi serupa juga dialami sungai-sungai lain yang bermuara di Sungai Serayu, seperti Sungai Klawing, Merawu, Banjaran dan Logawa.

Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan Balai Pengelola Sumberdaya Air (PSDA) Serayu Citanduy Arief Sugiyarto, sebelumnya juga mengungkapkan hal serupa. Dia menyatakan, dalam kondisi seperti sekarang, Sungai Serayu yang merupakan sungai terbesar di Jawa Tengah bagai selatan dan barat, sudah tidak tampu untuk mengaliri sawah secara keseluruhan.

''Saat ini, debit air sungai yang mencapai Bendung Gerak Serayu di Desa Tambaknegara Kecamatan Rawalo, hanya sebesar 30,4 meter kubik (m3) per detik atau jauh lebih rendah jika dibandingkan pada waktu normal yang dapat mencapai 300-400 meter kubik per detik,'' katanya.

Dalam kondisi tersebut, air yang bisa dialirkan ke saluran irigasi melalui Bendung Gerak Serayu, hanya sebesar 20,1 m3 per detik. Hal itu pun tidak bisa terus menerus dilakukan, namun dilakukan sistem buka tutup menunggu permukaan air naik.

''Dengan debit sebesar ini, aliran air irigasi dari Bendung Gerak Serayu tidak bisa mengaliri seluruh sawah di wilayah Banyumas selatan dan Cilacap yang luasnya mencapai 20 ribu hektar,'' katanya. Dengan debit air sebesar itu, luas areal sawah yang bisa diairi hanya sekitar 15 ribu hektare.

Menurutnya, dampak akibat kemarau yang terjadi tahun ini, memang lebih parah dibanding tahun-tahun sebelumnya. ''Kondisinya, hampir sama dengan kondisi kemarau sekitar 13 tahun silam. Saat itu, kemarau juga menyebabkan debit air sungai Serayu menyusut sangat drastis,'' katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement