Senin 26 Oct 2015 19:00 WIB

Bupati Meradang karena Hutan Perhutani Digunduli

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Friska Yolanda
Tebang pohon (ilustrasi)
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Tebang pohon (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Suhu udara di Kabupaten Purwakarta pada puncak musim kemarau ini, semakin panas. Bahkan, suhunya mencapai 34 derajat celcius waktu siang hari. Suhu tersebut merupakan yang paling tinggi sepanjang sejarah. 

Panasnya udara di wilayah ini salah satunya disebabkan oleh gundulnya hutan milik Perhutani di sepanjang jalur Pondoksalam-Kiarapedes. Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi meradang dengan aktivitas penggundulan hutan tersebut. Meskipun itu kewenangan Perhutani, tapi seyogyanya penebangan hutan berkoordinasi dulu dengan pemkab. 

Dedi menuding, perusahaan milik pemerintah itu lebih mengedepankan profit oriented ketimbang aspek lingkungan. "Saya tidak habis pikir, saat puncak kemarau, pohon-pohon besar milik Perhutani justru ditebangi. Akibatnya, panas banget Purwakarta sekarang," ujar Dedi, kepada republika.co.id, Senin (26/10). 

Tak hanya itu, Perhutani juga membabat pepohonan yang ukurannya kecil. Ini sudah keterlaluan. Meskipun, itu ada di lahan mereka, sebaiknya proses penebangan hutan ini dibicarakan dengan pemkab. Sebab, pemkab memiliki aturan mengenai tata cara menebang pohon. Ada ukurannya pohon yang layak ditebang serta tidak.

Selain itu, penebangan ini harusnya lebih mengedepankan aspek lingkungan. Salah satunya, soal perubahan suhu serta sumber mata air. Dengan ditebanginya hutan tersebut, warga yang ada di wilayah selatan Purwakarta banyak yang ngeluh semakin kesulitan mendapatkan air bersih. 

"Makanya, hari ini kita layangkan surat protes ke Perhutani," jelas Dedi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement