Senin 26 Oct 2015 13:57 WIB

Fenomena Kabut Haze Selimuti Kota Makassar

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Bilal Ramadhan
Kabut asap menyelimuti Pekanbaru, Riau, Ahad (11/10).
Foto: Antara
Kabut asap menyelimuti Pekanbaru, Riau, Ahad (11/10).

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASAR -- Beberapa hari terakhir kota Makassar mendapat serangan kabut. Alhasil hampir setiap pagi terlihat kabut asap nampak di sekitar Makassar. Kabut ini sempat disebut dampak ‎polusi asap dari pulau Kalimantan yang menyeberang hingga ke Sulawesi Selatan. Namun kabut ini ternyata merupakan Kabut Haze.

"Kabut ini bukanlah kabut asap akibat kebakaran hutan, melainkan fenomena Kabut Haze," ujar Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Makassar, Sujarwo, Senin (26/10).

Sujarwo menjelaskan, Kabut Haze merupakan fenomena yang terjadi karena suhu panas di suatu daerah melebihi suhu pada waktu normal. Karena suhu panas yang cukup tinggi‎, terjadi kekaburan udara disebabkan oleh partikel-partikel kering yang sangat kecil dan melayang-layang di udara, sehingga menyebabkan jarak pandang (visibility) berkurang.

Menurut dia, musim kemarau yang terjadi tahun ini memang lebih panas dan cukup lama, sehingga membuat suhu udara meningkat dari biasanya. Di Kota Makassar sendiri suhu udara bisa mencapai 36 derajat celsius, dari suhu normal kisaran 32-33 derajat celsius.

Hal ini membuat Kabut Haze bisa timbul di pagi hari, namun hilang ketika terik matahari mulai terlihat. "‎Kabut ini biasanya timbul pada pagi hari. Namun sekitar pukul 13.00 WITA, kabut ini hilang. Dia akan kembali terlihat pada sore hari," papar Sujarwo.

Sujarwo mengatakan, sejauh ini belum ada keluhan penerbangan karena efek Kabut Haze. Karena jarak pandang masih sekitar 800 meter. Sementara, Sujarwo belum bisa memastikan apakah kabut ini bisa menimbulkan efek sakit bagi masyarakat, karena belum ditemukan korban akibat kabut tersebut.

"Kemungkinan kabut ini baru akan berakhir pada pertengahan bulan November seiring dengan turunnya hujan di bulan tersebut," ujar Sujarwo.

Di sisi lain, dia menjelaskan bahwa Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) merupakan daerah yang masuk kategori panas ekstrim, khususnya di Sulsel bagian selatan dan timur‎. Hal ini membuat sejumlah daerah termasuk di pegunungan Bawakareng terbakar akibat sedikit percikan api.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement