REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Otoritas Bandara Sultan Thaha Syaifuddin, Jambi, mengungkapkan operasional bandara setempat mengalami kerugian antara Rp2,5 miliar sampai Rp3 miliar akibat dampak kabut asap yang menyelimuti daerah itu dalam tiga bulan terakhir.
"Estimasinya, hitungan rata-rata bandara kehilangan sebanyak 1.500 penumpang per hari sejak September hingga saat ini," kata Kepala Unit Operasi Bandara Sultan Thaha Jambi, Parolan Simanjuntak, Jumat (23/10).
Ia menjelaskan, karena jarak pandang terus menurun atau di bawah standar minimal pendaratan pesawat yakni 2.300 meter, maka pada September 2015 sebanyak 550 penerbangan dibatalkan, namun yang beroperasi hanya 32 frekusensi penerbangan.
Sementara pada Oktober, kata Parolan sama sekali tidak ada penerbangan. Jadi jika ditotal dari September dan Oktober 2015 total sebanyak 1.060 penerbangan dibatalkan. Kendati tidak ada penerbangan, namun Parolan mengatakan, Bandara Sultan Thaha Jambi masih tetap buka.
"Bandara tetap buka karena hanya bisa tutup dengan syarat dalam keadaan darurat di antaranya sarana dan prasarana mengalami gangguan, kalau saat ini kan sarana prasarana tidak terganggu tapi itu hanya saja faktor alam," katanya menjelaskan.
Ia menjelaskan, kondisi kabut asap yang mengakibatkan bandara lumpuh tersebut karena faktor alam sehingga pelayanan bandara masih tetap dibuka.
Di pihak lain, pada tahun 2014 jumlah penumpang mencapai 1,3 juta orang dan pada tahun 2015 ini pihak Bandara menyebutkan lebih dari target sebelumnya.
"Karena cukup lama lumpuh tidak ada aktivitas penerbangan sehingga penumpang yang melalui Bandara Jambi tersebut dikhawatirkan tidak mencapai target," katanya.
Sementara itu, Association Of The Indonesia Tour and Travel (Asita) Provinsi Jambi mencatat penjualan tiket pesawat di daerah itu menurun drastis yakni sekitar 80 persen akibat kabut asap.