Jumat 23 Oct 2015 09:45 WIB

Panglima TNI akan Hadiri 'Pengajian Kebangsaan'

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo (kanan) beraudiensi saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (19/10). (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo (kanan) beraudiensi saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (19/10). (Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, SITUBONDO -- Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo direncanakan menghadiri "Pengajian Kebangsaan" yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, Sukorejo, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (24/10).

"Selain Panglima TNI, insya Allah juga akan hadir Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dalam pengajian yang kami selenggarakan sebagai rangkaian memeriahkan Hari Santri ini," kata Pengasuh Salafiyah Syafi'iyah KHR Achmad Azaim Ibrahimy kepada wartawan di Situbondo, Jumat (23/10).

Cucu dari ulama kharismatik almarhum KHR As'ad Syamsul Arifin ini mengharapkan kehadiran orang nomor satu di lingkungan TNI itu dapat menghadirkan kembali suasana saat resolusi jihad dikeluarkan oleh kiai Nahdlatul Ulama (NU) untuk mempertahankan kemerdekaan.

"Kami memiliki ikatan sejarah. Saat ada fatwa dari kiai mengenai resolusi jihad, santri dari kawasan bekas Keresidenan Besuki dan Madura juga berhimpun di Surabaya untuk ikut mengusir penjajah bersama dengan para santri dari daerah lain," katanya.

Selain menyampaikan materi mengenai semangat kebangsaan, katanya, Panglima TNI dan Menteri Sosial juga akan mengisi acara diskusi dengan para santri. Kehadiran dua pejabat itu sangat penting untuk terus memupuk semangat kebangsaan para santri.

Ia menjelaskan bahwa semangat dari resolusi jihad yang dikeluarkan oleh Hadratus Syech KH Hasyim Asy'ari bersama ulama lainnya adalah menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik dan saat ini masih terus menjadi semangat dari ulama dan kaum Nahdliyin, termasuk para santri.

Hanya saja, kata KH Azaim, semangat perjuangan di zaman dulu dengan sekarang sudah berbeda. Kalau dahulu yang dihadapi adalah penjajahan oleh Belanda dan Jepang, maka saat ini adalah keterbelakangan umat dalam bidang pendidikan dan ekonomi.

"Itu adalah bagian dari jihad yang harus dijalankan oleh kita, termasuk kaum santri. Ini sejalan dengan trilogi Mbah KH As'ad Syamsul Arifin, yakni menjaga NU, menghidupkan pendidikan dan berjuang di bidang ekonomi keumatan," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement