REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pelaku industri kesehatan dari Taiwan membidik pangsa pasar di Jawa Barat. Provinsi ini dinilai punya potensi yang sangat menjanjikan.
Representatif dari Kantor Perdagangan dan Ekonomi Taiwan, Chang Liang Jen mengklaim, industri kesehatan di negaranya berkembang sangat pesat. Hal ini membuat para pelaku industri kesehatan di negara tersebut melebarkan pasar ke negara lain seperti Indonesia, khususnya Jabar.
"Penduduk Indonesia khususnya Jabat sangat banyak, kami berharap kita (Taiwan dan Indonesia) dapat bekerjasama untuk memperluas dan meningkatkan kualitas industri kesehatan bersama-sama," Kamis malam (22/10).
Untuk mendorong kerja sama Taiwan-Indonesia, kata dia, mereka menggelar Taiwan Health Industry Trade Meeting. Usai di Jakarta, acara serupa digelar di Bandung. Chang Liang Jen mengatakan, kegiatan ini menghadirkan presentasi para pelaku industri kesehatan dari Taiwan. Para pelaku akan menjelaskan teknologi dan aneka mesin canggih yang digunakan dalam pelayanan medis.
Selain itu, kata dia, mereka juga membuat sebuah testimonial dari para pasien yang telah merasakan layanan medis dari industri kesehatan di Taiwan. Hal ini bertujuan untuk menunjukan kualitas layanan kesehatan. "Kegiatan ini menjadi kesempatan baik untuk menjalin kerja sama di masa depan," katanya.
Kelompok kesehatan dari Taiwan yang hadir di antaranya, National Taiwan Univesity Hospital, Mackay Memorial Hospital, Kaosiung Medical Univesity Chung-Ho Memorial Hospital, Chang Gung Memorial Hospital, Tungs's Taichung Metroharbor Hospital, Shin Kong Wu Ho-Su Memorial Hospital, Taipei Wellness Clinic, Resort dan Sendai Pharmaceutical.
Vice Director International Medical Service Center dari Mackay Memorial Hospital, Crystal Hsu mengaku mereka punya teknologi kesehatan mutakhir bernama Davinci. Ini adalah mesin/robot untuk aneka masalah kesehatan yang memerlukan pembedahan seperti Jantung dan Rahim.
Ia berkata, kerja mesin ini sangat efektif dan efisien karena berbentuk alat seperti jari. Dengan cara ini maka pasien bisa lebih cepat sembuh karena tidak memerlukan pembedahan besar.
"Meski peralatan dan teknologi yang kami punya sangat canggih namun biaya yang harus dikeluarkan pasien masih terjangkau," katanya.
Director of obsentrics and gynecology for minimally invasive and endoscopy Taichung Metroharbor Hospital, Hsu Chun-Chen mengatakan biaya operasi tahun hanya sekitar 5.000-6.000 dolar AS. Angka ini jauh lebih murah dibvandingkan biaya pengobatan di Singapura.
"Selain menawarkan layanan kesehatan, kami juga mencari patner industri kesehatan dari Indonesia," katanya.
Crystal optimistis, warga Indonesia akan banyak memilih layanan dari industri kesehatan Taiwan karena permohonanan visa ke negaranya sudah lebih dipermudah. "Teknologi kita lebih oke, kita harap mereka bisa ke Taiwan," katanya.