Kamis 22 Oct 2015 22:22 WIB

Petani Subang: Tinjau Ulang Impor Beras

Rep: ita nina winarsih/ Red: Taufik Rachman
Impor beras (ilustrasi)
Impor beras (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,SUBANG -- Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Subang, Jabar, kecewa dengan kebijakan pemerintah yang kekeuh akan mengimpor beras. Pasalnya, impor beras ini tak dibutuhkan. Apalagi, kabarnya saat ini Indonesia mengalami surplus beras lima ton. Jadi, impor beras ini tidak memiliki nilai urgensi.

Ketua KTNA Subang Otong Wiranta, mengatakan, sebaiknya impor ini dihentikan saja. Justru, dengan adanya impor maka petani akan mengalami kerugian. Sebab, beras petani harus bersaing dengan beras impor yang harganya murah.

"Saat ini, harga beras lagi bagus. Petani untung, meskipun sebagian tak lagi punya gabah karena kekeringan," ujarnya, Kamis (22/10).

Seperti di Subang, harga beras rata-rata antara Rp 9.700 sampai Rp 10 ribu per kilogram. Kondisi ini, menguntungkan petani. Dengan kata lain, sebagian petani lagi menikmati harga beras yang bagus ini. Bila kedepan, tiba-tiba beras impor datang, dipastikan harga beras petani lokal akan terjun bebas.  "Dengan begitu, sebaiknya pemerintah mengkaji ulang impor beras ini," ujarnya.

Sementara itu, Bupati Subang Ojang Sohandi, mengatakan, sampai akhir tahun ini wilayahnya diprediksi akan surplus beras. Sebab, saat ini saja masih ada 50 ribu hektare yang belum panen. Bahkan, Subang bisa saja mengekspor beras ke negara lain."Target nasional untuk Subang sekitar 13,5 juta ton setara beras," ujarnya.

Saat ini, sudah terealisasi 80 persennya. Tinggal 20 persen lagi. Sedangkan, yang belum panen masih luas sekitar 50 ribu hektare lagi. Dengan begitu, Subang diyakini bisa surplus beras. Jadi, tak perlu impor. Bahkan, kalau bisa ekspor ke negara lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement