Jumat 23 Oct 2015 01:30 WIB

Kabut Asap di Ambon Buat Nelayan Mudah Tersesat

Red: Nur Aini
Kabut asap pekat di Desa Kemingking Luar, Taman Rajo, Muarojambi, Jambi, Selasa (6/10).
Foto: Antara
Kabut asap pekat di Desa Kemingking Luar, Taman Rajo, Muarojambi, Jambi, Selasa (6/10).

REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Kabut asap di Kota Ambon dan sekitarnya akhir-akhir ini menyulitkan nelayan tradisional, karena membuat penglihatan menjadi silau terkena sinar matahari.

Kepala Meteorologi Kemaritiman Ambon, Ishak Hetharian mengatakan, kesulitan yang dihadapi para nelayan tradisional setempat karena saat melaut penglihatan silau dihadapkan pada sinar matahari sehingga sempat tersesat.

"Kami melakukan pemantauan ternyata nelayan tradisional di Negeri Latuhalat, Semenanjung Nusaniwe Kota Ambon, sempat nyasar pada Rabu (21/10), karena kabut asap yang menimbulkan silau sinar matahari," ujarnya di Ambon, Maluku, Kamis (22/10).

Kesulitan tersebut tidak menimbulkan korban karena para nelayan bisa kembali ke Negeri Latuhalat yang merupakan sentra produksi ikan penyuplai kebutuhan masyarakat Kota Ambon.

"Sebenarnya jarak pandang di laut masih mencapai tujuh km dan tidak berpengaruh terhadap aktivitas pelayaranan, karena peristiwa nyasar itu terjadi saat pagi hari (Rabu) ketika kabut asap menyelimuti Pulau Ambon," kata Ishak.

Dia mengemukakan, kabut asap yang melanda Kota Ambon dan sekitarnya diperkirakan akibat kebakaran hutan di Pulau Seram. "Rasanya kalau dari luar Maluku relatif tergantung arah angin dan kabut asap di Kota Ambon itu dari kebakaran di Pulau Seram," ujar Ishak.

Dia menjelaskan, berdasarkan hasil pemantauan satelit cuaca, terdapat 88 titik api di Maluku.

"Sebanyak 88 titik api itu berasal dari kebakaran di Pulau Seram, Pulau Buru, dan Kabupaten Maluku Barat Daya yang secara geografis dekat dengan negara tetangga Timor Leste," katanya.

Namun dia tidak bersedia menjelaskan dampak kabut asap terhadap aktivitas penerbangan, karena merupakan kewenangan Meteorologi Udara di Bandara Pattimura Ambon.

Sebelumnya, staf prakirawan cuaca Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon, Jeanly Uspessy, mengemukakan, kondisi kabut asap di Kota Ambon telah mengancam aktivitas penerbangan karena jarak pandang mendatar hanya tiga km.

"Jarak pandang mendatar di bawah lima km itu sebenarnya tidak bisa dimanfaatkan untuk aktivitas penerbangan," katanya. Hanya saja, perkembangan kabut asap itu tergantung dari kebijakan maskapai penerbangan dan pilot. 

Asap masih berasal dari kebakaran yang terjadi di wilayah Merauke, Papua, dan diperparah dengan fenomena El Nino. Kondisi cuaca berdasarkan prakiraan umumnya berawan dan arah angin timur ke selatan dengan kecepatan bervariasi 10--25 km/jam. Karena itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pattimura Ambon telah mengeluarkan peringatan waspada sebaran asap di seluruh wilayah Maluku.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement