REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut penggabungan mesin Automatic Teller Machine (ATM) dari bank-bank BUMN berpotensi menghemat Rp 30 triliun. Pernyataan itu disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara Rapat Kerja Pemerintah dengan para direksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Istana Negara Jakarta, Rabu (21/10).
"Dulu saya pernah berikan contoh, buat ATM sendiri BRI sendiri, BNI sendiri, jejer yang kita lihat kenapa sih enggak buat satu kotak saja sistemnya sama kartunya saja yang berbeda, ternyata kalau dihitung-hitung bisa dapat Rp 30 triliun. Duit segitu hilang karena kita enggak rukun," katanya.
Oleh karena itu bank BUMN diminta untuk mempercepat konsolidasi mesin ATM karena dapat menghemat biaya operasional termasuk salah satu bentuk sinergitas BUMN di Indonesia. Presiden Jokowi juga meminta BUMN bekerja sama dan mengikuti arahan pemerintah untuk tidak bekerja sendiri-sendiri.
Menanggapi hal itu Direktur Utama PT Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengatakan roadmap untuk sinergitas ATM sudah disusun. Bahkan telah dimulai sejak sekarang dengan dua tahun sebelumnya telah dikembangkan ATM bank negara yang menggunakan nama Link.
"Sekarang kita lagi coba mikirin supaya brandnya itu kuat. Ini kita lagi kerjakan bareng-bareng. Logo ATM-nya juga bukan Mandiri, BRI, BNI," katanya.
Bank-bank BUMN juga baru akan melakukan testing di sejumlah tempat. Ia juga membenarkan penggabungan ATM bisa menghemat seperempat pengeluaran untuk ATM.
"Mintanya kalau bisa tahun ini. Tapi bertahap, enggak semua ATM. Berempat kita lakukan," katanya.
Sebelumnya, Bank Indonesia menyatakan telah menerima rencana konsolidasi ATM oleh empat bank BUMN. Keempat bank BUMN yakni Mandiri, BNI, BRI, dan BTN, telah melaporkan kepada bank sentral terkait sistem konsolidasi ATM tersebut.