Rabu 21 Oct 2015 11:12 WIB

Terkepung Kabut Asap, Jarak Pandang di Padang Hanya 1.000 Meter

Kabut asap (ilustrasi)
Kabut asap (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan masih menyelimuti Kota Padang. Bahkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ketaping, Sumatera Barat, menyatakan jarak pandang di Kota Padang terus menurun hingga hanya sekitar 1.000 meter akibat kabut asap, pada Rabu (21/10).

"Partikel padat di kabut asap memiliki konsentrasi tinggi dan dibawa angin sehingga jarak pandang menjadi terbatas, hanya 1.000 hngga 2.00 meter," kata Analisis Cuaca BMKG Ketaping, Syahbana Syam di Padang, Rabu (21/10).

Menurutnya kabut asap yang menyelimuti Padang dan sebagian wilayah Sumbar berasal dari kebakaran lahan yang terjadi di Sumatera Selatan dan Jambi yang diembus angin hingga ke daerah ini.

"Sementara untuk perkiraan cuaca di Sumbar hingga malam hari dalam kondisi berawan dan belum ada peluang terjadi hujan," katanya.

Sebelumnya Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) meminta negara harus menyelamatkan warga dari kabut asap yang sudah terjadi dalam 18 tahun terakhir dengan tidak membiarkan pembakaran lahan terus terjadi.

"Sudah sekian lama masyarakat menderita akibat kabut asap, mengapa pemerintah mulai bereaksi kalau negara tetangga sudah berteriak," kata Kepala Departemen Advokasi Walhi Nur Hidayati.

Ia melihat selama ini kalau rakyat sudah berteriak akibat dampak kabut pemerintah terkesan diam saja. Negara harus memberikan pelayanan kesehatan, membantu evakuasi, memberikan fasilitas tertentu yang meringankan beban masyarakat, kata dia.

Upaya yang harus dilakukan mencegah asap adalah penegakan hukum yang ketat karena selama 18 tahun terakhir sudah diketahui siapa aktor sebenarnya dari pembakaran yang meluas.

Bukan masyarakat, tapi pelaku usaha, dunia industri yang serakah ingin dapat untung sebesar mungkin dengan biaya sekecil-kecilnya dengan membakar lahan, ujarnya. "Kami mau pemerintah tegas menegakkan hukum dan jangan hanya berani sama rakyat kecil," ujar dia.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan operasi darurat kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan terus dilakukan baik darat maupun udara.

"Upaya pemadaman terus dilakukan namun karena luasnya wilayah yang terbakar menyebabkan pemadaman mengalami kendala karena angin kencang dan api masih besar," ungkapnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement