REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kantor Staf Presiden memastikan tidak ada pembicaraan perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia ketika Presiden Joko Widodo melawat ke AS.
Kepala Staf Presiden Teten Masduki mengatakan, perjalanan Presiden ke AS adalah misi perdagangan dan investasi.''Selain memang Indonesia dan AS sudah punya hubungan diplomasi cukup lama dan penting,'' kata dia di Jakarta, Selasa (20/10).
Menurut Teten, sikap Presiden cukup jelas, yakni baru akan membahas perpanjangan kontrak Freeport pada dua tahun sebelum kontrak usai seperti yang diatur dalam undang-undang.
Dia menilai, tidak ada perusahaan tambang yang mau berbisnis dengan modal 10 miliar dolar AS tetapi diketahui cadangan tambang menurun. Selain itu, perusahaan tambang enggan apabila perpanjangan kontrak tidak dapat dipastikan.
Teten menerangkan, produksi Freeport terus menurun. Perpanjangan kontrak baru bisa dibahas dua tahun sebelum kontrak usai menjadi kendala. Hal ini karena, produksi akan menurun apabila tidak ada investasi baru.
Dia menilai, APBN akan langsung kolaps apabila produksi Freeport menurun. Alasannya, nominal kontribusi terhadap APBN terhitung besar.
Presiden Jokowi dijadwalkan berkunjung ke AS pada 25-29 Oktober 2015. Kunjungan tersebut merupakan undangan resmi dari Presiden AS, Barack Obama.