REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- DPD RI menilai, kurikulum bela negara memang diperlukan bagi generasi muda saat ini. Wakil Ketua Komite III DPD yang membidangi persoalan pendidikan, Fahira Idris mengatakan Program Bela Negara ini juga harus bergerak simultan dengan aksi-aksi nyata pemerintah dalam melindungi generasi mudanya.
"Jika ingin mereka tidak tawuran, sediakan kegiatan dan sarana agar energi mereka tersalur ke hal-hal positif. Jika ingin mereka punya karakter, jujur, tidak korupsi, berilah contoh dan teladan'" ucapnya, Senin (19/10).
Saat ini, jumlah pemuda Indonesia tercatat sebanyak 87 juta jiwa. Bahkan di tahun 2020, Indonesia akan mengalami ‘bonus demografi’ di mana angka penduduk usia muda produktifnya akan jauh lebih besar dari angka penduduk usia lainnya.
Jumlah yang besar ini, menurut Fahira, dapat menjadi potensi sebagai motor penggerak perubahan bangsa apabila dibarengi dengan pemuda yang berkualitas. Sebab itu, Program Bela Negara terutama fokus kepada generasi muda, menjadi sangat krusial.
“Jika ingin mengenggam sebuah bangsa, genggamlah generasi mudanya. Negara dengan generasi muda yang lemah, tidak punya cinta tanah air, individualis, menghamba pada kesenangan tinggal menunggu kehancurannya saja," ujarnya.
Progam Bela Negara, lanjutnya, harus bisa menyadarkan generasi muda bahwa Indonesia adalah sebuah bangsa besar dan memenuhi semua syarat untuk jadi negara maju.