REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Lahan tebu di Kabupaten Cirebon kini berkurang secara signifikan. Hal itu menyusul kerugian yang dialami petani tebu dalam beberapa tahun terakhir akibat rendahnya rendemen dan harga gula serta gempuran gula impor.
Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jabar, Anwar Asmali menyebutkan, semula, lahan tebu di Kabupaten Cirebon mencapai 15 ribu hektare. Namun saat ini, luasnya hanya tinggal kurang lebih 7.000 hektare.
"Pengurangan luas lahan tebu ini terjadi sejak dua tahun lalu," ujar Anwar saat ditemui di PG Sindanglaut, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, akhir pekan kemarin.
Berkurangnya luas lahan tebu itu karena para petani tebu selalu merugi. Mereka akhirnya mengalihkan penanaman tebu ke komoditas budidaya tanamannya lainnya, seperti jagung, singkong maupun padi.
Dalam dua tahun terakhir, tingkat rendemen hanya di kisaran kurang dari tujuh persen. Meski tahun ini tingkat rendemen meningkat menjadi 7,2 persen, namun dinilai masih jauh dibawah daerah lain, seperti Jatim, yang tingkat rendemennya mencapai sembilan persen.
Salah seorang petani tebu asal Kecamatan Astanajapura, Safari, menambahkan, dalam beberapa tahun terakhir, para petani tebu kesulitan menyewa lahan karena selalu merugi. Areal yang disewa petani pun saat ini hanya tersisa 50 persen dari tahun-tahun sebelumnya.
"Kami berharap ada revitalisasi pabrik gula sehingga bisa meningkatkan rendemen," tutur Safari.