Sabtu 17 Oct 2015 05:58 WIB

Mitigasi Kebakaran Hutan Perlu Libatkan Masyarakat

Asap di Pekanbaru makin pekat akibat kebakaran hutan.
Foto: Antara
Asap di Pekanbaru makin pekat akibat kebakaran hutan.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- pengamat kebencanaan dari Universitas Gadjah Mada, Sudibyakto mengatakan masyarakat sekitar hutan perlu dilibatkan secara langsung dan lebih proaktif dalam berbagai kegiatan mitigasi kebakaran hutan dan lahan.

"Langkah tersebut dilakukan dengan fasilitasi dalam bentuk desa tangguh bencana secara berkesinambungan menuju pembangunan berkelanjutan berbasis masyarakat," katanya.

Menurutnya, saat ini yang juga mendesak dilakukan adalah menyusun standar operasional prosedur pengendalian kebakaran hutan dan lahan. Hal itu dapat dilaksanakan dengan memperkuat peraturan perundang-undangan yang berlaku.

"Keputusan Presiden (Keppres) tentang Status dan Tingkatan Bencana sudah mendesak karena menjadi amanat Undang-Undang (UU) Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana," ujarnya.

Ia mengatakan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir menjadi ancaman besar bagi Indonesia. Selain merusak ekosistem lahan tropika basah, kebakaran hutan dan lahan akan mempercepat proses perubahan iklim.

"Kebakaran hutan dan lahan gambut di Pulau Sumatera dan Kalimantan pada 2015 telah mencapai 1,5 juta hektare. Kebakaran terjadi akibat rusaknya ekosistem hutan setelah dikonversi menjadi hutan tanaman industri terutama untuk perkebunan kelapa sawit," katanya menjelaskan.

Menurut Sudibyakto yang juga Ketua Umum Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia, pemulihan kerusakan eksosistem lahan dan hutan yang terbakar memerlukan waktu 30 hingga 50 tahun.

Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen risiko bencana kebakaran hutan dan lahan secara terpadu dan komprehensif antara kementerian atau lembaga pemerintah dan negara tetangga dalam kerangka kerja "ASEAN Agreement on Disaster Risk Management".

"Kegagalan mengelola hutan dan lahan gambut akan mempengaruhi perubahan iklim yang menimbulkan dampak luas di masa mendatang," katanya.

Ia mengatakan kebakaran hutan dan lahan merupakan bencana nonalam. Sementara iklim, khususnya El Nino yang diprediksi akan menguat pada November 2015 tidak berhubungan langsung dengan peristiwa kebakaran yang terjadi saat ini.

"El Nino memang mempengaruhi kekeringan di Indonesia. Ancaman kekeringan akan meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan tetapi bukan penyebab kebakaran," ungkapnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement