Jumat 16 Oct 2015 21:17 WIB

Indonesia Korban Proxy War, Moeldoko Dukung Bela Negara

Rep: Umi N Fadilah/ Red: Erik Purnama Putra
Mantan panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko.
Foto: Antara
Mantan panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Mantan panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko menilai, bela negara merupakan bentuk keprihatinan terhadap serangan proxy war yang berjalan secara sistematis di Indonesia. Dengan bela negara, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) ingin menguatkan jiwa dan semangat generasi muda Indonesia. Karena itu, perlu dijalankan program bela negara.

"(Penguatan) di tengah kompetisi global​ seperti ini,​ maka yang diperlukan adalah manusia yang memiliki daya saing​ tinggi," ujarnya saat berada di Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar), Jumat (16/10)​.

Mantan wakil gubernur Lemhannas tersebut menuturkan, ada sebuah buku yang menceritakan ihwal ​perang kebudayaan​. Digambarkannya, ciri-ciri perang kebudayaan​, adalah menyenangkan korban. Saat ini, menurut Moeldoko, bangsa Indonesia sedang menjadi korban perang sosial dan kebudayaan. Namun, masyarakat Indonesia justru menikmatinya.

Dia mencontohkan, setiap hari, ​hampir 50 orang meninggal karena mengkonsumsi narkoba. Tetapi, orang-orang tersebut, terlihat menikmati atas kekalahannya itu, mereka justru senang menjadi korban.

Contoh lainnya, kata dia, anak-anak muda, pasti lebih memilih makan di salah satu rumah makan siap saji daripada singgah di rumah makan Padang. "Dia (anak-anak muda) menikmati dengan baik. Padahal dia korban dari perang ekonomi," kata mantan panglima Kodam III/Siliwangi tersebut.

Moeldoko menjelaskan, proxy war merupakan bentuk lain dari perang yang bersifat nyata. Perbedaannya, ​perang yang bersifat nyata, ​rumusan​nya cukup jelas. Sebab, itu masuk dalam rumusan Hukum Humaniter (lebih dikenal sebagai Hukum Perang atau Hukum Sengketa Bersenjata).

Sementara itu, ada pula ancaman ​yang bersifat ​tradisional,​ yaitu yang datangnya dari inflasi luar,​ sabotase​ dan lain-lain​. Ciri-cirinya, ia mengatakan, bentuknya nyata​, mudah dikenali, memiliki kekuatan yang jelas. "Tetapi proxy war adalah sebuah bentuk peperangan baru, noncombatant, nonreal. Bentuknya bisa melalui perang budaya."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement