Jumat 16 Oct 2015 16:37 WIB

Menkopolhukam: Sampai Hari Ini Terdapat 1.005 Titik Api

Rep: C07/ Red: Bayu Hermawan
Dampak kebakaran hutan membuat orang utan keluar dari wilayahnya (ilustrasi).
Foto: Antara
Dampak kebakaran hutan membuat orang utan keluar dari wilayahnya (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan hingga Jumat (16/10) terdapat 1005 titik api. Sebagian besar, titik api merupakan lahan gambut yang sulit untuk dipadamkan.

"Hampir 6,8 persen lahan itu gambut," katanya.

Luhut melanjutkan, saat ini ada tiga satgas di Sumatera dan tiga di Kalimantan. Ia berharap dalam tiga sampai empat hari ke depan telah terjadi pengurangan titik api dan kabut asap.

Sementara untuk bantuan negara, ia mengatakan pemerintah Indonesia dengan terpaksa menolak jika pesawat waterbombing hanya berkapasitas 3,5 ton air, seperti yang diberikan dari Cina.

"Kalau 3,5 ton kita tolak, kalau bisa lima ton atau 12 sampai 12 ton," ujarnya.

Luhut berkata, untuk penanganan jangka panjang, lahan yang terbakar akan diambil alih oleh pemerintah dan dikembalikan fungsinya.

Sementara, untuk perusahaan yang melanggar aturan akan dicabut ijin usahanya tahun depan. Kemenkopolhukam, juga sudah meminta tambahan dana penanganan bencana sebesar Rp 700 miliar ke DPR.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan saat ini operasi besar-besaran untuk mengatasi bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan terus dilakukan.

Total 32 helikopter dan pesawat dikerahkan untuk operasi udara, yaitu 21 helicopter, 7 fixed wing water bombing, dan 4 unit pesawat hujan buatan.  Dari 32 unit heli-pesawat terbang, 6 unit berasal dari bantuan Malaysia, Singapura dan Australia, baik untuk water bombing atau memandu water bombing.

Pada Kamis (15/10) water bombing dilakukan di 6 provinsi yaitu: Sumatera Selatan (Padang Susuka, Tulung Selapan, Indralaya, Banyuasin, Muara Kuang, Cengal, Sugihan) sebanyak 334 kali, Jambi di bagian timur dengan 10 kali, Kalteng (Tanjung Puting, Kuala Kapuas) 35 kali, Kalsel (Pulau pisau, Kuala Kapuas, Lingkar utara, Sungai Renges) 73 kali, di Kubu Raya Kalbar sebanyak 28, dan di Riau (Pelalawan, Kampar)  32 kali.

 

Operasi di darat digelar dengan melibatkan 22.146 personil tim gabungan dari TNI, Polri, K/L, BPBD, Manggala Agni, relawan dan lainnya. Tersebear di Riau 7.563, Jambi 2.365 personil, Sumsel 3.694 personil, Kalbar 2.810 personil, Kalteng 3.445 personil dan Kalsel 2.269 personil. Begitu pula operasi penegakan hukum, pelayanan kesehatan dan sosialisasi juga digelar bersamaan.

 

"Tidak mudah memadamkan hotspot yang terbakar massif dan luas. Apalagi di lahan gambut kering yang seringkali menyala kembali dan terbakar di bawah permukaan. Pembakaran baru juga masih banyak dilakukan sehingga hotspot terus fluktuatif," jelasnya.

 

Sementara dari pantauan satelit Terra-Aqua pada Jumat (16/10) menunjukkan hotspot di  Sumatera 769 titik yaitu  di Bengkulu 7, Jambi 97, Babel 64, Kepri 1, Lampung 38, Riau 22, Sumsel 537, Sumut 3. Sedangkan di Kalimantan 159 titik  yang tersebar di Kalbar 19, Kalsel 5, Kalteng 134, Kaltim 1.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement