REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Urbanisasi merupakan satu lagi tantangan Indonesia dalam meraih ketahanan pangan di masa depan. Sebab secara tidak langsung ia memengaruhi proses produksi pangan yang saat ini masih disokong dari desa. Ketika semua orang berbondong-bondong pergi ke kota, keberadaan tenaga kerja pertanian di desa dipertanyakan.
"Meskipun, ketika kelaparan dan ketidaktahanan pangan sangat berkaitan erat, dampak urbanisasi terhadap ketahanan tetap merupakan dua hal yang berbeda," kata Perwakilan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Indonesia Mark Smulders kepada Republika pekan ini.
Smulders menyadari banyak orang miskin dari desa dan pedalaman berangkat ke kota, berharap mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Di kota juga ada harapan soal akses pendidikan, kesehatan dan pelayanan publik yang lebih baik. Hal tersebut sah-sah saja.
Merujuk pada data statistik 2014, lanjut dia, sebanyak 33 juta pemuda berkisar di usia 15-29 tahun tinggal di perkotaan.
"Yap, ini pastinya akan memengaruhi ketahanan pangan Indonesia secara tidak langsung, juga memengaruhi tingkat kemiskinan," tuturnya. Ia bahkan memperkirakan sebanyak 68 persen penduduk Indonesia yang tinggal di kawasan perkotaan di 2025. Pada saat itu, populasi penduduk akan tumbuh sekitar 275 juta jiwa.