Rabu 14 Oct 2015 09:20 WIB
Salim Kancil

Tosan: Perjuangan Jangan Sampai Mundur

Rep: Andi Nurroni / Red: Nur Aini
Warga yang tergabung dalam Solidaritas Aktivis Anti Kekerasan menggelar teatrikal penganiayaan dan pembunuhan aktivis lingkungan Salim 'Kancil' dan Tosan di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (2/10).   (Antara/Zabur Karuru)
Warga yang tergabung dalam Solidaritas Aktivis Anti Kekerasan menggelar teatrikal penganiayaan dan pembunuhan aktivis lingkungan Salim 'Kancil' dan Tosan di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (2/10). (Antara/Zabur Karuru)

REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Tosan (48), petani penolak tambang pasir di Desa Selok Awar-Awar, Lumajang, telah kembali ke rumahnya, Rabu (13/10) malam. Menjalani perawatan 19 hari di rumah sakit pascadisiksa preman tambang, Tosan masih menggebu-gebu berbicara perjuangan menolak tambang.

"Yang saya inginkan, sekali melangkah jangan sampai mundur," ujar pria kurus itu kepada wartawan di rumahnya, Rabu (14/10) pagi.  

Menurut Tosan, selama masih ada praktik penambangan pasir yang menyengsarakan masyarakat, ia akan tetap berjuang. Apalagi, kata dia, jika penambangan pasir itu ilegal.

"Saya tidak mau. Karena itu mencuri. Itu punya negara, saya anak negara. Makanya saya berani mencegat (truk-truk pasir)," kata Tosan.   

Ke depan, menurut ayah tiga anak itu, perjuangan menjaga desa dari bahaya tambang pasir harus dilakukan dengan lebih solid. "Perjuangan harus dibina, harus ada persatuan biar tidak terputus. Jangan sampai perjuangan cuma sekilas saja," kata Tosan.

Tosan mengaku akan sangat marah jika masih ada tambang pasir di desanya. "Kalau ada penambang pasir, sekali ada, saya bakar habis. Saya begini (memperlihatkan jahitan panjang luka di perut), teman saya dibunuh, apa saya ndak marah?" Ujar Tosan.

Meski begitu, Tosan mengaku tidak ingin terus larut dalam trauma. Menurut dia, perjuangan memang membutuhkan pengorbanan. Meninggalnya rekan seperjuangan, Salim Kancil, menurut Tosan, adalah bagian dari pengorbanan itu sendiri. "Yang penting, perjuangan harus dilanjutkan," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement