REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Sedikitnya 16 titik saluran irigasi di Kabupaten Indramayu mengalami kondisi kritis. Pemkab Indramayu pun berharap ada bantuan dari Pemerintah Pusat untuk mengatasi masalah tersebut. Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Pertambangan dan Energi (PSDA Tamben) Kabupaten Indramayu, Suwenda mengatakan, 16 titik saluran irigasi tersebut kondisinya mengalami sedimentasi yang tinggi. Selain itu, posisi tanggulnya pun terlalu rendah.
Menurut Suwenda, tingginya sedimentasi dan rendahnya posisi tanggul itu menyebabkan daya tampung air pada saluran irigasi menjadi lebih sedikit. Akibatnya, saat musim kemarau, stok air menjadi terbatas dan tak bisa menjangkau daerah-daerah yang berada di ujung saluran irigasi.
''Jikapun (saat musim kemarau) pasokan air ditambah, maka air akan meluber/meluap ke luar tanggul,'' kata Suwenda, Selasa (13/10).
Kondisi itupun berdampak pada pengairan bagi areal pertanian. Hal tersebut terutama bagi areal pertanian yang berada di ujung saluran irigasi saat musim tanam gadu (kemarau). Suwenda mengatakan, 16 titik saluran irigasi tersebut tersebar di berbagai daerah, baik yang dibawah kewenangan BBWS Cimanuk Cisanggarung maupun BBWS Citarum. Seperti misalnya, saluran Salamdarma dan saluran sekunder Kandanghaur.
Untuk mengatasi kondisi itu, lanjut Suwenda, diperlukan pengurasan dan peninggian tanggul. Dengan demikian, kapasitas air di dalam saluran bisa bertambah banyak. Suwenda menyatakan, telah menyampaikan masalah itu kepada wantimpres, yang berkunjung ke Pendopo Kabupaten Indramayu pekan lalu. Dia berharap, perbaikan 16 titik saluran irigasi tersebut bisa segera dilaksanakan.
Secara keseluruhan, luas areal pertanian di Kabupaten Indramayu yang selama ini bergantung pada pengairan irigasi berjumlah 108.020 hektare. Adapun pengairannya bersumber dari bendung Rentang seluas 66.175 hektare dan sungai Citarum seluas 33.467 hektare.