Senin 12 Oct 2015 19:11 WIB

BHG Luncurkan Program Pelatihan Pengasuh Berbasis Teknologi

Dua perempuan lanjut usia di panti jompo Tokyo, Jepang. Ilustrasi
Foto: AP
Dua perempuan lanjut usia di panti jompo Tokyo, Jepang. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Borderless Healthcare Group (BHG) meluncurkan program pelatihan high-tech caregiver di Indonesia. Program ini dikatakan merupakan pionir program pelatihan tenaga kerja cerdas di dunia. 

Program ini bertujuan untuk mendukung dan memperkaya program pelatihan caregiver (pengasuh) yang sudah ada saat ini di Indonesia dengan susunan kurikulum Smartcare. Jadi, peserta dapat mengakses kursus singkat di mana saja, baik melalui kelas pelatihan ataupun platform daring dan mobile

Tersedia ribuan halaman konten yang mudah dipahami mengenai perawatan lansia yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Dengan begitu memungkinkan untuk mempercepat peserta untuk dapat mempelajari tips penting dalam perawatan lansia. 

Platform ini juga memungkinkan peserta untuk berkonsultasi dan berbagi foto, video atau pesan suara dengan pelatih daring secara aman melalui ponsel pintar. Melalui mekanisme ini diharapkan para peserta pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan pada saat memberikan perawatan.

Proyek manajer untuk BH Institute di Indonesia, Rinto Muhammadsyah menjelaskan, masalah penuaan di negara-negara tetangga, seperti Singapura, terus meningkat. Indonesia merupakan salah satu pemasok pekerja rumah tangga terbesar di wilayah ini. 

Menurutnya, agen penempatan tenaga kerja di Singapura, telah terdaftar sebagai pemegang lisensi untuk menyalurkan high-tech caregiver yang berasal dari Indonesia ke para calon pemberi kerja di Singapura. "Initiative Medically Informed Minder (MIM) adalah solusi yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pekerja rumah tangga," ujar dia. 

Program pelatihan caregiver interaktif yang diberi nama Medically Informed Minder yang dipakai oleh pemerintah Singapura merupakan inisiatif dari Borderless Healthcare Group (BHG). Perusahaan ini bertujuan untuk membuat ekosistem Smartcare yang didukung oleh tenaga perawat baru yang dapat menggunakan teknologi untuk membantu dalam perawatan lansia, baik perawatan di rumah ataupun panti jompo. 

Program serupa juga sudah dimulai di Cina, di mana terdapat 200 juta-300 juta orang di atas usia 60 tahun, dan lebih dari 90 persen di antaranya lansia yang dirawat di kediaman. Para pekerja rumah tangga secara bertahap akan dibekali pelatihan caregiver profesional dan penggunaan piranti internet on things di rumah tempat bekerjanya. 

"Sehingga dapat memberikan layanan pendukung yang lebih efektif dan produktif pada populasi yang menua di kawasan ini," ujar komisaris dan pendiri Borderless Healthcare Group, Dr Yu Wei Siang.

Ia menjelaskan, sebagian besar negara berkembang seperti Cina dan Indonesia tidak memiliki infrastruktur kesehatan yang matang. Dengan ancaman masalah manula yang tumbuh cepat, sektor kesehatan yang langka sumber daya manusia mau tidak mau akan membutuhkan bentuk baru dari tenaga perawat yang dapat menjadi perantara antara perawatan di rumah sakit dan di rumah. 

Munculnya permintaan dan ketersediaan high-tech caregiver serta ekosistem Smartcare diharapkan dapat mengurangi kebutuhan sumber daya di rumah sakit, seperti yang sudah dihadapi oleh banyak negara saat ini.

n

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement