REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Sejumlah konsumen air bersih PDAM Kabupaten Indramayu, nekat melakukan pembongkaran fasilitas meteran milik perusahaan daerah tersebut. Aksi ini dilatarberlakangi terjadinya krisis air bersih yang sudah terjadi dalam tiga bulan terakhir.
“Indramayu benar-bernar krisis air bersih. PDAM sebagai penyedia air bersih tidak lagi menggelontorkan airnya dengan normal,” ujar Budi (50 tahun) warga perumahn Sindang, Kabupaten Indramayu kepada Republika Online, Senin (12/10).
Dia mengatakan, pada awal musim kemarau terjadi sekitar enam bulan lalu, pasokan air bersih dari PDAM masih normal. Namun, dua hingga tiga bulan terakhir ini, konsumen harus bersabar karena air bersih yang mengalir ke bak-bak penampungan di rumahnya tidak lagi mengucur.
“Kalau pun mengalair, itu segara bergiliran dan debitnya kecil sekali. Dan itu bisanya hanya pada malam hari, sedangkan di siang hari sama sekali tak mengalir,” katanya.
Akibatnya, kata seorang konsumen yang tak mau disebut namanya di Perumahan Paoman, banyak konsumen yang nekat menggunakan pompa penyedot air dan membuka (membobol) meteran PDAM. Dengan cara itu, maka air yang harusnya masuk ke rumah-rumah konsumen PDAM lainnya, menjadi terhenti (mati).
“Ini jelas merugikan konsumen lainnya,” kata dia. Ironisnya lagi, ketika petugas PDAM melakukan pengontrolan rutin dan mengetahui adanya ‘kenakalan” itu, justru masing-masing pihak melakukan ‘perdamaian’. Uang damai itu berkisar antara Rp 100 ribu hingga jutaan rupiah.
Aksi konsumen PDAM ‘nakal’ itu dilakukan karena ‘keterpaksaan’. Hal ini pun mengingat, jika dirinya membeli air gallon untuk kebutuhan sehari-hari, maka akan sangat memberatkan. Karena untuk satu galon air bersih yang dibeli, dia harus mengeluarkan uang sebesar Rp 4.500 per galon. Sementara kebutuhan pehari hisa lebih dari 10 galon.