REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konflik yang menaungi tubuh Partai Golkar dinilai menjadi kontraproduktif, terutama menyambut pilkada. Untuk itu sudah saatnya partai berlambang pohon beringin ini melakukan islah dan bersatu.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Partai Golkar kubu Aburizal Bakrie yang juga menjabat sebagai Ketua Umum DPN Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI), Ade Komarudin.
''Akibat dari konflik dua kubu, momen yang hilang adalah pilkada. Dampaknya, kita menjadi tidak begitu siap,” kata Ade dalam sambutan Musyawarah Daerah (Musda) V SOKSI DIY melalui keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id di Jakarta, Sabtu (10/10).
Ade menegaskan perlu adanya penyelamatan terhadap Partai Golkar. Selama dua tahun ini, kata dia, Golkar terlalu larut dalam konflik. Ia mengatakan konflik tersebut membuat kehilangan waktu yang produktif buat kinerja partai.
Adanya dua kubu Agung Laksono dan Aburizal Bakrie di tubuh Golkar, menurut Ade, sudah seharusnya dapat disatukan kembali. “Ini partai sedang sibuk dengan konflik sehingga Golkar tidak siap. Untuk itu, harus bersatu membangun kembali partai Golkar,'' ujarnya.
Sementara itu terkait dengan SOKSI, Ade mendorong agar organisasi yang dipimpinnya ini bisa lebih berbuat banyak untuk menyokong kepentingan masyarakat. Ia menegaskan secara normatif SOKSI adalah organisasi pengabdian.
''Ini tempat mengabdi kepada rakyat. Salah satunya, denganmenguatkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sebagai kunci mewujudkan kemandirian ekonomi sebagaimana visi Nawacita pemerintahan Jokowi-JK,'' pintanya.
Ketua bidang UMKM Depinas SOKSI, Mukhamad Misbakhun, mengatakan UMKM berada dalam satu tarikan nafas dengan kemandirian ekonomi. Ketika membicarakan UMKM, kata dia, yang terbayang dalam benak adalah orang-orang yang dengan segenap daya upaya, mengerahkan kreativitas untuk menjalankan usaha yang mereka bangun sendiri.
''UMKM adalah pencipta lapangan kerja. Entitas bisnis yang ketika diberi kepercayaan oleh dunia perbankan, terbukti mampu mengembalikan dalam tingkat yang lebih baik daripada korporasi-korporasi besar maupun konglomerasi,'' katanya.
Menurut Misbakhun, di tengah arus liberalisasi ekonomi saat ini, keberadaan UMKM harus dibela kepentingannya. Pasalnya, adanya tekanan global yang mengharuskan negara-negara di dunia melakukan penyesuaian yang mengarah pada globalisasi dan liberalisasi pembangunan. ''Adanya tekanan domestik setelah keluar dari kegagalan sistem dirigenisme pemerintah dalam pembangunan.''