Sabtu 10 Oct 2015 09:35 WIB

Bantuan Singapura Baru Datang Karena Terhalang Jarak Pandang

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Esthi Maharani
Sungai Air Sugihan Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel, Rabu (7/9), tertutup kabut asap.
Foto: Antara
Sungai Air Sugihan Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel, Rabu (7/9), tertutup kabut asap.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bantuan Singapura untuk meredakan bencana asap tertunda. Menurut atase udara Singapura, bantuan yang seharusnya datang Jumat (9/10) kemarin, baru bisa dikirim hari ini, Sabtu (10/10) karena terkendala jarak pandang.

"Jarak pandang di Palembang hanya berkisar 800 meter. Jarak pandang ini sangat berpengaruh terhadap aktivitas bandara setempat yang mengisyaratkan 1.000 meter sebagai jarak pandang minimum," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran persnya, semalam.

Berbeda dengan Singapura, bantuan Malaysia telah tiba di Indonesia, tepatnya di landasan udara Palembang kemarin petang. Bantuan yang datang berupa satu pesawat CL415 Bombardier, satu pesawat Hercules C-130, 41 personil, dan logistik untuk water bombing. Setelah menurunkan barang pesawat Hercules dan 19 personil kru pesawat dan wartawan kembali ke Malaysia hari itu juga.

Sementara itu, indeks kualitas udara (PM10) di Palembang masih menunjukkan kategori berbahaya pada Jumat (9/10) pukul 19.00 WIB. Masyarakat setempat sangat terpapar asap kebakaran. Tercatat lebih dari 83 ribu warga menderita penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).

"Satuan tugas pos komando tanggap darurat bencana asap terus mengupayakan pemadaman, baik darat dan udara," ucap Sutopo.  Personel gabungan berjumlah 3.694 berjibaku memadamkan api dan asap hingga kini. Mereka terkonsentrasi di Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir, dan Banyuasin. Hutan dan lahan seluas 221.704 hektar areal terbakar di Sumsel. Luasnya wilayah terbakar dan lahan gambut merupakan tantangan dalam pemadaman api dan asap. Di samping itu, pemadaman juga terkendala oleh cuaca kering, awal potensial dan air yang terbatas, sedangkan perkiraan kemarau baru akan berakhir November 2015.

Satgas penegakan hukum melaporkan 34 kasus dengan rincian 24 orang dan empat korporasi dengan status tersangka, dan 14 kasus pada tingkat penyidikan. Polisi dan PPNS Kemen LHK masih terus memburu para pembakar. "Diperkirakan terus bertambah apalagi banyak lahan-lahan perkebunan perorangan dan swasta yang luas terbakar," ucap Sutopo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement