REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- DPC PDI Perjuangan Surabaya menyatakan pernyataan calon Wali Kota Surabaya Rasiyo yang diusung Demokrat dan PAN berupa "saya lebih PDI Perjuangan dari pada incumbent (petahana)," di acara deklarasi dukungan Forum Komunikasi Ababil pada Jumat (9/10) malam dinilai tidak patut dan menyinggung martabat dan harga diri partai.
"Dalam hal ini menyinggung calon petahana yang saat ini juga calon wakil wali kota Whisnu Sakti Buana yang Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya. Juga Bu Risma yang pada Juli lalu menjadi anggota PDI Perjuangan," kata Wakil Ketua DPC PDIP Surabaya Didik Prasetiyono, di Surabaya, Sabtu (10/10).
Menurut dia, keanggotaan PDI Perjuangan diatur dengan tegas di dalam konstitusi partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri tersebut. Di antaranya melalui proses pendaftaran diri, dan mengikuti proses kaderisasi yang telah ditentukan.
"Alangkah tidak pas bila Pak Rasiyo yang bukan anggota PDI Perjuangan dan sedang dalam pencalonan yang diusung Demokrat dan PAN, kemudian membuat pernyataan seperti itu," sesalnya.
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya berharap, kontestasi pilkada ini kedepan dilakukan dengan tetap menjaga etika dan kesantunan dalam berpolitik. Sebab, hal itu pasti akan direplikasi dan ditiru oleh rakyat.
"Persoalan pilkada ini jauh lebih penting dari sekadar urusan menang atau kalah. Ini adalah urusan bagaimana kita menempatkan kepentingan rakyat dan mengupayakan kesejahteraan terwujud dengan merata. Siapapun pemimpinnya, harus memberikan contoh berpolitik yang santun dan bermartabat," katanya.
Cawali Surabaya Rasiyo pada saat deklrasi dukungan dari Forum Komunikasi Ababil yang anggotanya merupakan mantan pengurus pimpinan anak cabang (PAC) mengaku gembira dengan adanya dukungan dari Forum Komunikasi Ababil ini. Dukungan ini akan menambah energinya untuk meraih kursi nomor satu di Surabaya.
Pada kesempatan itu, Rasiyo mengaku dekat dengan orang-orang PDIP mengingat semasa muda pernah menjadi aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Bahkan, Rasiyo juga mengaku berasal dari keluarga Partai Nasionalis Indonesia (PNI).
"Pak Broto, pakde saya pengurus PNI. Sebenarnya saya tidak jauh dari PDIP. Bahkan saya lebih PDIP dari petahana. Saya dibesarkan dari lingkungan PNI. Darah daging saya PNI," katanya.