REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Wali Kota Bandung Ridwan Kamil tak jarang melakukan kunjungan ke luar negeri selama masa kepemimpinannya. Dari berbagai kunjungan tersebut, Ridwan ternyata membawa banyak oleh-oleh bagi warga Kota Bandung.
Dalam memimpin dan membangun Kota Bandung, Ridwan meyakini bahwa seorang pemimpin harus "gesit" dalam memanfaatkan peluang yang terbuka lebar di dunia internasional. Oleh karena itu, Ridwan menerapkan model kepemimpinan proactive governance.
Proactive governance, lanjut Ridwan, merupakan model kepemimpinan di mana pemerintah secara aktif meriset di mana ada sumber bantuan dan mendatangi sumber bantuan tersebut. Dalam hal ini, Ridwan selaku Wali Kota Bandung mengatakan tugas yang ia emban ialah meyakinkan sumber bantuan tersebut untuk memberikan bantuannya kepada Kota Bandung.
"Mereka lebih cepat percaya kalau level wali kota atau wakilnya yang meyakinkan langsung, karena itu masalah kehormatan diplomatik," terang Ridwan saat ditemui di Balai Kota Bandung pada Jumat (9/10).
Oleh karena itu, ketika menemukan peluang, Ridwan mengaku tidak akan segan untuk terus berupaya mendapatkan peluang tersebut bagi pembangunan Kota Bandung. Salah satu upaya yang ia lakukan ialah mendapatkan dana hibah dari Belanda sebesar 4,6 juta Euro atau sekitar Rp 70 miliar untuk membenahi air di Kota Bandung.
Ridwan mengatakan dana hibah Belanda tersebut memiliki potensi cukup besar untuk diberikan ke negara lain. Tidak ingin menyiakan peluang tersebut, Ridwan menyempatkan diri hingga dua kali untuk menyambangi dan meyakinkan Belanda mau memberikan hibahnya kepada Bandung.
Selain berhasil mendapatkan hibah dari Belanda untuk perbaikan pengelolaan air di Kota Bandung, kunjungan-kunjugan Ridwan ke luar negeri juga membawa berbagai "oleh-oleh" lain bagi pembangunan Kota Bandung.
"Oleh-oleh" tersebut di antaranya bantuan road safety dari Yayasan Bloomberg, Amerika, bantuan sekolah PNS dan smart city dari Singapura, hingga bantuan capacity building smart city dan dua biodigester raksasa dari Jepang.
Terkait upaya pembangunan, Ridwan menilai bukan zamannya lagi bahwa kepemimpinan kota dan kabupaten harus bersikap pasif menunggu bantuan. Dalam mengoptimalkan pembangunan, Ridwan mengatakan pemimpin perlu bersikap gesit untuk melihat peluang yang ada.
"Bagi saya, kepemimpinan kota atau kabupaten bukan kepemimpinan jaga warung. Kita harus kayak MLM, harus riset di mana ada sumber bantuan, datangi, yakinkan," tegas Ridwan.