Kamis 08 Oct 2015 16:16 WIB

Indonesia Gandeng Lima Negara Atasi Asap

Sejumlah pengendara menembus kabut asap yang menyelimuti Jembatan Betrix, Sarolangun, Jambi, Rabu (7/10).
Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Sejumlah pengendara menembus kabut asap yang menyelimuti Jembatan Betrix, Sarolangun, Jambi, Rabu (7/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir mengatakan, Indonesia akan segera bekerja sama dengan lima negara untuk mengatasi asap akibat kebakaran lahan dan hutan.

"Kita merasa bahwa penting untuk bekerja sama dengan negara yang mempunyai sumber daya untuk memadamkan api dan asap. Ada lima negara yang akan bekerja sama dengan kita, yaitu Australia, Cina, Malaysia, Rusia, dan Singapura," ujar Arrmanatha, Kamis (8/10).

Menurut dia, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi sudah berbicara dengan Menlu Singapura, Australia, dan Malaysia untuk membahas kerja sama dan mendapatkan bantuan dalam mengatasi titik-titik api yang masih berkembang di beberapa wilayah di Indonesia.

"Sampai dengan hari ini masih ada sekitar 110 titik api, dan di antaranya ada 11 titik api di Riau," ungkap dia.

Dia mengatakan, Pemerintah Indonesia masih harus membahas bentuk bantuan dan kerja sama yang akan dilakukan dengan kelima negara tersebut.

"Bentuk kerja sama ini masih harus dibahas karena beberapa kerja sama itu ada yang bersifat bantuan dan ada yang bersifat commercial base (komersial)," kata dia.

Arrmanatha menyebutkan, sudah cukup banyak upaya yang dilakukan Indonesia dalam mengatasi kebakaran lahan dan hutan serta mengurangi penyebaran asap.

"Pada intinya, upaya Indonesia untuk menangani kebakaran hutan dan langkah-langkah yang telah dilakukan sudah cukup banyak. Tidak hanya upaya pemadaman api, tetapi juga penindakan hukum (terhadap pelaku pembakaran)," ujar dia.

Dia memaparkan, untuk pemadaman api, Pemerintah Indonesia telah mengerahkan 26 helikopter untuk melakukan pengeboman air (water bombing) dan mengerahkan empat pesawat khusus untuk melakukan rekayasa cuaca (weather modification) untuk menghasilkan hujan buatan.

"Data Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa 65 juta liter air telah disiramkan ke berbagai titik api di lima provinsi dan 250 ton garam telah digunakan untuk weather modification," ungkap dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement