Kamis 08 Oct 2015 15:54 WIB

Cadangan Beras di Jabar Capai 230 Ribu Ton

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dwi Murdaningsih
 Pedagang sedang merapihkan beras yang dijual pada pasar tradisonal, Jakarta, Kamis (1/10).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Pedagang sedang merapihkan beras yang dijual pada pasar tradisonal, Jakarta, Kamis (1/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Stok beras di pemerintah propinsi Jawa Barat diklaim masih aman. Menurut Kepala Bulog Jabar Alip Afandi, jumlah cadangan beras saat ini mencapai 230 ribu ton. Stok ini diprediksi cukup hingga akhir tahun.

Menurutnya, cadangan beras saat ini yang mencapai 230 ribu ton, disiapkan salah satunya untuk menggelar operasi pasar murah (OPM) untuk mengantisipasi harga beras saat ada kenaikan. "Kami pun masih menyerap terus, masih menyerap beras dari masyarakat. Jadi, stok akan terus aman," katanya.

Menurut Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan, adanya mekanisme pasar yang tidak normal mengakibatkan gejolak harga pangan di masyarakat. Hal ini terjadi, karena adanya pihak-pihak yang memainkan harga pangan di pasaran.

"Ada mafia yang bermain, baik di tingkat lokal maupun yang lebih besar," kata Heryawan.

Heryawan mencontohkan, adanya permainan mafia ini terjadi saat harga cabai di masyarakat tidak stabil, belum lama ini. Begitu juga, dengan bawang persoalannya ada distribusi. Di Cirebon, harga bawang Rp 7 ribu  tapi di Keramat Jati (Jakarta) Rp 30 ribu. "Cabai di Cianjur 15 ribu, di Bandung 50 ribu. Yang bener saja," katanya.

Kondisi ini, kata dia, jika dibiarkan akan mengganggu kondisi ketahanan pangan. Sebab, ketahanan pangan akan tercapai jika pangan tersedia dan mampu dijangkau masyarakat. Untuk menjaga ketahanan pangan, kata dia, selain turut menjaga produktifitas,  pihaknya juga melakukan berbagai upaya agar harga pangan di pasaran bisa terkendali. Salah satu upaya yang dilakukan, setiap kali ada gejolak pangan, pemerintah langsung turun tangan untuk operasi pasar.

Selain itu, kata dia, Tim Pengendali Inflasi Daerah pun terus memantau dan melakukan analisa terhadap kondisi harga pangan di pasaran. "Ketika mafianya dihentikan, aparat turun tangan, maka harga pangan akan kembali normal," katanya.

Dikatakan Heryawan, ketersediaan pangan di Jabar tidak mengalami persoalan. Stok beras di Jabar, masih mencukupi hingga bulan Desember mendatang. Selain itu, sekarang masih memasuki musim panen. Jadi, walaupun Jabar mengalami kekeringan seluas 100 hektare, namun hal ini tidak mengganggu masa panen karena masih adanya pengairan yang baik.

"Pusonya hanya 7 ribu hektare. Jadi tidak berpengaruh ke harga. Karena meski kekeringan, masih ada hujan, masih ada air yang bisa dialirkan," katanya seraya mengaku optimistis target produksi padi Jabar tahun ini akan terpenuhi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement