REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koran Republika edisi Kamis, 8 Oktober, sangat sulit untuk terbaca. Ide ini dituangkan redaksi Republika menanggapi tidak pernah tuntasnya penanganan kabut asap oleh pemerintah. Halaman buram terpapar kabut asap menyita perhatian sejumlah kalangan.
"Beuh. Benar2 #MelawanAsap," ungkap aktivis muda sekaligus publik figur Pandji Pragiwaksono dalam akun twitternya @pandji, Kamis (8/10).
Hal senada juga diungkap penuli novel Habiburrahman el Shirazy. "Pesan scr grafis hlm depan Republika hari ini keren banget. Kalau pemerintah masih buta dan tuli kebangeten!," ungkapnya.
Politikus Partai Keadilan Sejahtera, Fahri Hamzah ikut mendukung ide sosial yang digagas Republika. "Harus punya Republika hari ini," ujarnya.
Kabut asap yang menyelimuti sejumlah wilayah di Tanah Air sudah sangat membahayakan dan mengganggu aktivitas masyarakat. Tidak terkecuali aktivitas masyarakat dalam membaca koran. Efek asap membuat halaman depan koran Republika juga tidak terbaca.
“Hari ini Republika tampil beda sebagai bentuk simpati untuk para korban asap. Kita ingin tunjukan sikap kita yang sangat kuat mendorong persoalan asap agar ditangani lebih serius,” kata Wakil Pemimpin Redaksi Republika, Irfan Junaidi, Kamis (8/10).
Edisi hari ini, lanjutnya, Republika ingin juga memberi sedikit pengalaman kepada pembaca betapa sulitnya melihat berita di tengah kepungan asap. Juga betapa sulitnya melihat kehidupan di sekitar kita saat asap tak kunjung reda.