REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Musim kemarau yang melanda wilayah Lampung beberapa bulan terakhir, turut memicu kenaikan harga beras berbagai kualitas di pasar tradisional kota Bandar Lampung. Kenaikan harga beras di pasar berkisar 5-10 persen, karena pasokan beras mulai berkurang.
Pemantauan Republika di Pasar Pasir Gintung, Bandar Lampung, Rabu (7/10), harga beras terus bergerak naik setelah Lebaran Idul Adha lalu. Kenaikan harga beras berbaga merek dan kualitas, lantaran pengusaha di penggilingan padi sudah menipis stok gabah dari petani, karena faktor kemarau. Dampaknya pasokan beras dari sentra produksi padi di Lampung ke agen beras mulai berkurang.
Menurut Isnan, pedagang beras partai besar di Pasar Pasir Gintung, kenaikan harga beras sudah mencapai 10 persen, karena distributor beras sudah menaikkan harga jual, karena pihak penggilingan mulai kesulitan mencari gabah. "Harga beras seekarang belum turun, karena banyak petani yang produksi panennya berkurang, sehingga stok gabah di penggilingan berkurang," katanya.
Ia mengatakan meski harga sudah naik, namun stok beras di gudangnya masih tersedia, karena ia mengorder beras dari berbagai sentra produksi beras di Lampung, yakni Pringsewu, Talangpadang, dan Kotaagung. "Kalau stok beras masih banyak, tapi belum tahun satu bulan ke depan," ujarnya.
Darsono, pedagang beras di Pasar Tani Kemiling, menjual beras kualitas biasa Rp 8.500 per kg dari harga sebelumnya Rp 8.000 per kg. Beras kualitas medium Rp 9.700 dari harga Rp 8.700 per kg, sedangkan beras kualitas super naik tajam Rp 12 ribu dari Rp 10.200 per kg. Harga tersebut, sudah bertahan setelah hari raya Idul Adha.
Ia memprediksi harga beras masih akan bergerak naik lima sampai tujuh persen, bila musim kemarau bulan depan masih berlangsung. Pasalnya, petani belum berani memulai musim tanam, karena khawatir gagal tanam, karena tidak ada air.