REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Harga beras di pasar tradisional di Kabupaten Indramayu masih tinggi. Namun, stok gabah di tingkat petani masih aman.
Berdasarkan pantauan Republika di Pasar Baru Indramayu, Rabu (7/10), harga beras premium kualitas satu mencapai Rp 11 ribu per kg, beras kualitas dua Rp 10.500 per kg, dan beras kualitas tiga Rp 10.000 per kg.
Sedangkan beras medium kualitas satu mencapai Rp 9.500 ribu per kg.
''Harga yang sekarang masih sama dengan sebulan yang lalu, belum ada kenaikan lagi,'' kata seorang pemilik kios beras Alaydroes di Pasar Baru Indramayu, Wahyudi.
Wahyudi mengakui, harga beras tersebut tergolong tinggi. Hal tersebut dipicu oleh tingginya harga gabah di tingkat petani, yang saat ini mencapai Rp 6.000 per kg. Harga itu jauh lebih mahal dibandingkan harga pembelian pemerintah (HPP) GKP yang hanya Rp 3.700 per kg.
Wahyudi menambahkan, meski harga gabah mahal, namun stok di tingkat petani masih banyak. Para pedagang beras pun tidak kesulitan memperoleh gabah yang akan digiling menjadi beras.''Stok gabah masih aman,'' tegas Wahyudi.
Sementara itu, meski harga beras tinggi, namun petani di Kabupaten Indramayu menolak impor beras. Pasalnya, impor akan membuat harga gabah petani menjadi anjlok. ''Saya tidak setuju impor beras,'' kata Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang.
Sutatang menyatakan, impor beras akan membuat harga gabah di tingkat petani menjadi hancur. Padahal, saat ini para petani sedang memasuki masa panen.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, Firman Muntako juga menyatakan tidak setuju pemerintah impor beras.
Firman mengakui, areal pertanian di Kabupaten Indramayu pada musim tanam gadu (kemarau) tahun ini terkena dampak el nino yang menyebabkan kekeringan. Namun meskipun demikian, kondisi tersebut hanya menurunkan produksi dan tidak sampai mengganggu produksi. ''Produksi beras di Indramayu masih tetap surplus. Masih aman,'' terang Firman.
Firman menjelaskan, produksi padi di Kabupaten Indramayu rata-rata di atas 1,5 jt ton GKP (gabah kering panen) per tahunnya. Sedangkan kebutuhan konsumsi hanya 250 ribu ton dan diserap Bulog 150 ribu ton.
Itu berarti, Kabupaten Indramayu masih surplus di atas satu juta ton GKP. Beras yang surplus itu kemudian 'diekspor' ke berbagai daerah lainnya, seperti Jakarta, Bandung dan luar Jawa.