Rabu 07 Oct 2015 11:11 WIB

Gorong-Gorong 13,85 Kilometer Antisipasi Banjir Surabaya

Rep: Andi Nurroni/ Red: Indah Wulandari
Sebuah alat berat melakukan pengerukan endapan di dasar sungai pada proyek gorong-gorong (box culvert) tahap II kawasan Banyuurip, Surabaya
Foto: antarafoto
Sebuah alat berat melakukan pengerukan endapan di dasar sungai pada proyek gorong-gorong (box culvert) tahap II kawasan Banyuurip, Surabaya

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Pembangunan gorong-gorong saluran air di Jalan Banyu Urip Surabaya rampung sepanjang 6,7 kilometer. Maka, pengerjaan proyek yang digadang-dagang sebagai solusi mengatasi luapan air di daerah tersebut mencapai setengahnya, dari total panjang 13,85 km.

Gorong-gorong itu terbentang dari daerah Girilaya ke daerah Manukan. Sementara yang belum dikerjakan, yakni mulai daerah Manukan hingga Kelurahan Benowo.  Selain sebagai saluran air, gorong-gorong tersebut juga difungsikan sebagai jalan di bagian atasnya.

Kepala Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Surabaya Erna Purnawati mengatakan, jumlah gorong-gorong yang dipasang bervariasi antara dua hingga tiga jalur.

Menurut dia, yang paling sulit pengerjaannya adalah gorong-gorong di area Simojawar sampai sungai Balong (bundaran Margomulyo). Sebab, kata dia, di lokasi tersebut membutuhkan pemasangan tiga jalur gorong-gorong sekaligus.

Dikatakan Erna, sejak awal pengerjaan proyek gorong-gorong hingga sekarang, pihaknya telah membebaskan 650 berkas lahan.

“Semua masalah pembebasan lahan sudah beres. Sekarang tinggal meneruskan pembangunan box culvert sampai kantor Kelurahan Benowo,” kata Erna, Rabu (7/10).

Pengerjaan proyek gorong-gorong Banyuurip, menurut Erna, dibagi dalam beberapa tahapan. Untuk tahapan yang saat ini dikerjakan, menurut dia, yakni dari titik sungai Balong sampai Sikatan, dengan panjang lebih kurang 625 meter.

Berdasar pantauan Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Surabaya, menurut Erna, perkembangan fisik pada tahapan tersebut per September 2015 mencapai 65 persen.

Selanjutnya, Erna menambahkan, pengerjaan Dinas PU Bina Marga dan Pematusan ke arah Kelurahan Benowo akan kembali menggunakan dua lajur. Dengan demikian, kata dia, tidak diperlukan pembebasan lahan karena pengerjaan fisik hanya akan dilakukan di atas saluran sungai yang saat ini sudah ada.

“Pemkot mungkin hanya akan mengganti warung-warung dan jembatan-jembatan penghubung yang terdampak pembangunan box culvert,” ujar dia.

Pemkot Surabaya tengah menerapkan konsep konversi saluran irigasi menjadi saluran drainase. Pada mulanya, saluran air di kawasan Banyuurip merupakan saluran irigasi dengan tujuan mengairi lahan-lahan persawahan di sekitarnya.

Itulah sebabnya, posisi saluran air lebih tinggi dari jalan maupun permukiman warga. Kondisi tersebut menjadikan Banyuurip sebagai kawasan rentan banjir saat musim penghujan tiba.

Pemkot Surabaya kemudian memutuskan untuk merombak total fungsi saluran air di Banyuurip menjadi saluran drainase. Dengan perubahan fungsi tersebut, manfaat sluran tersebut bukan lagi mengairi area sekitar, melainkan sebagai tempat tampungan air karena posisi saluran sudah tidak lagi lebih tinggi dari jalan.

Kabid Perancangan dan Pemanfaatan Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Surabaya Ganjar Siswo Pramono menuturkan, gorong-gorong mempunyai fungsi ganda. Yakni, untuk menambah kapasitas jalan sekaligus antisipasi banjir.

Dengan kedalaman enam meter dan lebar mencapai 12 meter (untuk 3 lajur berjajar), kata dia, gorong-gorong mampu menampung volume air dalam jumlah banyak. “Daya tampung air jelas lebih besar dibanding saat masih berupa saluran irigasi,” papar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement