Selasa 06 Oct 2015 23:31 WIB
Pembunuhan Salim Kancil

Pelaku Pembunuhan Salim Kancil Lebih Kejam dari PKI

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Bayu Hermawan
KTP Salim Kancil
Foto: Youtube
KTP Salim Kancil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Aktivis Masyarakat Penolak Tambang Pasir, Abdul Hamid, menilai, apa yang dilakukan oleh pelaku pembunuhan Salim Kancil sangat kejam.

Bahkan, Hamid menganalogikan, kekejaman yang dilakukan para pelaku lebih dari kekejaman yang dilakukan Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam tragedi G/30S.

Aktivis lingkungan, Salim Kancil, dikeroyok dan dibunuh oleh sekelompok orang lantaran aktivitas penolakannya terhadap penambangan pasir ilegal di Desa Desa Selok Awar Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Pada peristiwa itu, menurut Hamid, Salim Kancil dikeroyok sekitar 60 orang.Bahkan, bagian wajah dari Salim Kancil sempat dicangkul oleh para pelaku.

''Benar-benar kejam. Ini (perbuatan pelaku) lebih kejam dari PKI,'' kata Hamid dalam program di salah satu televisi swasta, Selasa (6/10).

Hamid, yang mengenal Salim Kancil, mengakui, dirinya dan Salim Kancil memang terus melakukan penolakan terhadap pembangunan penambangan ilegal sejak 2013 dengan melakukan unjuk rasa damai. Merasa tidak digubris, Masyarakat Penolak Tambang Pasir itu sempat mengadu ke DPRD.

''Tapi DPRD mengatakan kalau masalah ini sudah dibereskan Kepala Desa. Tapi ternyata tidak berjalan,'' ungkap Hamid.

Kemudian, Hamid bahkan sempat membawa masalah ini ke Jakarta dengan mencari bantuan ke Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI).

Akhirnya pada 2014, Hamid dan masyarakat penolak tambang pasir di Selok Awar Awar mendapat kepastian soal penutupan praktik penambangan pasir ilegal tersebut.

Bahkan, Kepada Desa Selok Awar Awar, Haryono, membuat surat pernyataan untuk menutup tambang pasir ilegal tersebut dan dibacakan di hadapan warga.

''Pada waktu itu, Kades memang membacakan surat pernyataan penutupan. Tapi (aktivitas penambangan pasir liar) cuma libur empat hari, kemudian jalan lagi,'' kata Hamid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement