REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Seluruh desa di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, dilaporkan terimbas kekeringan. Delapan desa itu ialah Desa Pasireurih, Sirnagalih, Tamansari, Sukaresmi, Sukajaya, Sukaresmi, Sukaluyu, dan Sukajadi.
"Tiga wilayah yang palih parah yaitu Desa Tamansari, Sukaresmi, dan Sukaluyu," ungkap Kanit Pol PP Kecamatan Tamansari, Zaharudin Nasution.
Zahar, panggilannya, menginformasikan bahwa kekeringan itu telah berlangsung beberapa bulan belakangan. Mengantisipasi hal itu, pemerintah setempat meminta bantuan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) guna mengerahkan bantuan air bersih. "BPBD mengirimkan dua unit tangki kepada masyarakat," ujarnya.
Namun, bantuan tersebut dirasa belum mencukupi kebutuhan air bersih di kecamatan seluas 3.425,99 hektare itu. Menyiasati hal itu, kecamatan bekerja sama dengan salah satu pemilik sumber air di Desa Sukaresmi, Wawan Setiawan.
Pria 42 tahun itu diketahui memiliki sumur air yang tidak terimbas kekeringan. Mobil air BPBD kerap mengambil air di sumur tersebut sebelum kembali berkeliling ke desa-desa.
Tak hanya mobil BPBD, ratusan warga juga berbondong-bondong mengantre air di lokasi sumur sedalam enam meter yang memiliki 12 selang itu. Pengunjung bebas mengambil air sebanyak-banyaknya dengan membayar biaya seikhlasnya. "Kadang warga memberi tiga ribu, lima ribu, atau sepuluh ribu rupiah. Tidak ada patokan," ujar Wawan.
Wawan yang sehari-harinya berprofesi sebagai pengusaha air minum isi ulang itu juga menyediakan tempat mandi dan mencuci khusus. Warga setempat yang perlu mandi dan mencuci bisa memanfaatkan fasilitas itu, juga dengan membayar ala kadarnya.
Hasil pembayaran air oleh warga ia alokasikan untuk biaya operasional dan upah pegawai. Terdapat empat orang pekerja yang khusus ditempatkan Wawan di lokasi darurat kemarau itu.
"Sehari kira-kira terkumpul uang Rp 300 ribu, sementara air yang tersalurkan diperkirakan mencapai 320 ribu liter per hari," kata dia.