Sabtu 03 Oct 2015 16:29 WIB

Perlambatan Ekonomi, Omzet Perajin Sepatu Ciomas Menurun

Rep: C34/ Red: Yudha Manggala P Putra
 Pekerja menyelesaikan pembuatan sepatu di pabrik sepatu Bata, Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (28/5).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Pekerja menyelesaikan pembuatan sepatu di pabrik sepatu Bata, Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (28/5).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kondisi perlambatan ekonomi berdampak pada menurunnya omzet sejumlah perajin sepatu di Sentra Industri Alas Kaki Desa Ciomas, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Abdu Rohim (62 tahun), salah satu perajin sepatu, melaporkan omzetnya menurun hingga 40 persen akibat perlambatan ekonomi. Hal itu disebabkan kenaikan harga bahan baku yang diimpor dari Cina.

Pendapatan yang ia kantongi kini hanya berbeda tipis dengan modal yang ia keluarkan. Terlebih, dalam sebulan ia harus memproduksi sekitar 6.000 hingga 20.000 pasang sepatu pria.

"Harga ke pemesan tidak bisa naik, sementara bahan baku kain pelapis naik tiga ribu per lembar, belum lem dan lain-lain," kata kakek tujuh cucu yang menjadi pembuat sepatu sejak 1986 itu.

Tak hanya Rohim, pemilik usaha produksi alas kaki untuk wanita juga mengeluhkan hal sama. Angga Pernandes (28 tahun), pemilik "Angga Shoes", menginformasikan omzetnya turun sepuluh persen beberapa bulan belakangan.

"Kenaikan harga bahan baku sekitar 15 persen, sementara kepada pemesan kami hanya bisa menaikkan harga sebesar lima persen," kata Angga yang memulai usahanya sejak tahun 2011.

Saat bulan-bulan ramai, dalam sehari Angga bisa mengirim hingga 600 pasang sepatu wanita jenis flat shoes dan wedges. Kondisi sepi saat perlambatan ekonomi, hanya memungkinkan ia mengirim 200 pasang sepatu per hari.

Angga berharap pemerintah bisa melakukan sesuatu untuk mengatasi hal itu. Misalnya, meningkatkan daya saing dan inovasi para perajin lokal.

Meski tak masalah berdikari, ia ingin pemerintah lebih peduli, melebihi wacana dan janji-janji yang kerap diberikan. Misalnya, pemerintah bisa melakukan survey untuk melihat apa yang sebenarnya dibutuhkan para perajin dengan kebutuhan beragam.

"Setahu saya selama ini belum pernah. Ada memang wacana desa akan memberikan bantuan UMKM, tapi nyatanya kami pinjam sendiri ke bank," ungkap Angga yang mengirimkan alas kaki produksinya ke Pasar Jatinegara, Jakarta.

Di desa tersebut, ekonomi keluarga ratusan orang bergantung dari produksi alas kaki. Kantor Desa setempat menyebutkan, terdapat 16 unit usaha rumahan produksi alas kaki yang tersebar di 12 rukun warga Desa Ciomas.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement