Kamis 01 Oct 2015 22:55 WIB

Sineas Film Pendek Berkumpul di Minikino Film Week 2015

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Lensa Kamera. Ilustrasi.
Foto: www.seebiz.net
Lensa Kamera. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Minikono Film Week 2015 akan digelar 12-17 Oktober 2015. Komunitas pecinta film pendek ini lebih dari 13 tahun terakhir mengadakan pemutaran film dan diskusi bulanan sesama penggemar film pendek.

Direktur Program Minikino Film Week 2015, Fransiska Prihadi mengatakan acara tahun ini menggandeng enam tempat pemutaran utama, yaitu Irama Indah (Denpasar Barat), Cafe Sikuno (Denpasar Timur), Omah Apik (Pejeng), Divine Earth (Seminyak), Bentara Budaya Bali (Gianyar), dan Rumah Film Sang Karsa (Singaraja). Selama enam hari, MinikinoFilm Week 2015 akan menampilkan 88 karya film pendek yang masuk ke dalam kurasi program khusus Minikono dengan jaringan kerja nasional (Indonesia Raja 2015) dan regional (S-Express 2015).

"Ini menggandeng kurator atau programmer  dari negara-negara di Asia Tenggara, serta program film pendek istimewa lainnya," katanya di Denpasar, Kamis (1/10).

Acara ini juga akan menyajikan enam karya film panjang (Feature Length Film) bergenre dokumenter dan fiksi yang merupakan benang merah dari tema acara, yaitu "'Membaca Indonesia Melalui Film.' Mikiniko juga akan menggelar lelang film untuk menghadirkan film-film pendek berusia minimal 10 tahun yang mungkin terabaikan dalam perkembangan sejarah film pendek paskareformasi di Indonesia .

Fransiska menilai film-film pendek paskareformasi yang berusia 10 tahun ke atas sedianya dianggap kadaluarsa untuk festival. Namun, Minikino menganggap keberadaan film-film pendek lawas ini penting sebagai tonggak pencapaian karya film Indonesia yang berdaya tarik klasik untuk kembali dinikmati di layar lebar.

Harta karun sejarah film pendek paskareformasi itu antara lain diciptakan oleh para sineas film pendek. Mereka adalah Ariani Darmawan, Farishad Latjuba, Dennis Adishwara, Edwin, Aryo Danusiri, Lexy Rambadeta, Ifa Isfansyah, Tumpal Tampubolon, Tintin Wulia, Fredy Aryanto, Sugeng Wahyudi, dan Wahyu Aditia.

Kurator film Indonesia Raja untuk wilayah Denpasar, I Made Suarbawa mengatakan produksi film pendek di Bali semakin menggeliat. Kelompok-kelompok yang memproduksi film pendek di Bali datang dari berbagai kalangan, mulai dari pelajar, mahasiswa, pekerja, pegawai, hingga seniman berbagai usia.

Tujuan mereka membuat film juga beragam, mulai hanya sebagai tugas sekolah atau kuliah, untuk mengikuti kompetisi tertentu, hingga yang membuat film sebagai media ekspresi dan pengungkapan kegelisahan terhadap sebuah isu atau situasi lingkungan. Bali, kata Suarbawa menghasilkan banyak genre film pendek nan menghibur.

"Mulai dari film animasi kontemplatif, film horor dengan teknik bertutur dramatik, serta genre lingkungan, pertanian, dan pendidikan," katanya.

Indonesia Raja sendiri merupakan kolaborasi pertukaran film pendek antara para sineas yang ada di berbagai kota di Indonesia. Pada tahun pertama ini kerjasama dilakukan dengan tujuh kota, yaitu Medan (RuFi), Jakarta (Sinema Kopi Hitam), Purbalingga (CLC Purbalingga), Semarang (Ruang Film Semarang), Yogyakarta (Yuk Nonton!!!), Surabaya (INFIS), Denpasar (Minikino). (Mutia Ramadhani)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement