REPUBLIKA.CO.ID, TRENGGALEK -- Bencana kekeringan di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, dari sebelumnya 40 desa pada periode Juni-September 2015 kini bertambah menjadi 47 desa yang tersebar di 13 kecamatan.
"Rentang waktu musim kering tahun ini memang sangat panjang sehingga krisis air terus bertambah," ungkap Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek, Joko Rusianto di Trenggalek.
Jumlah desa yang mengalami krisis air dimungkinkan masih terus bertambah. Menurut Joko, risiko itu terbuka karena jumlah desa yang mengalami kelangkaan air atau potensi kekeringan lebih banyak dari desa-desa yang telah dinyatakan kering kritis.
Apalagi, lanjut dia, berdasar surat edaran Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), potensi kemarau masih akan terjadi hingga November-Desember.
"Dalam rentang waktu yang masih panjang itu, potensi kekeringan bisa terus bertambah. Ini data jumlah desa yang kekeringan terus berubah," ujarnya.
Tujuh desa yang masuk daftar baru wilayah kekeringan terdeteksi di Desa Pandean Kecamatan Dongko, Desa Suruh Kecamatan Suruh, Desa Prambon Kecamatan Tugu, Desa Gemaharjo Kecamatan Watulimo, Desa Ngentrong Kecamatan Karangan, Desa Sengon Kecamatan Bendungan, serta Desa Ngadirenggo Kecamatan Pogalan.
"Dari 14 kecamatan yang ada di Trenggalek, hanya satu kecamatan yang tidak terdampak kekeringan, yaitu Kecamatan Gandusari. Kalau daerah ini sampai kekeringan, mungkin yang lain akan lebih parah," kata Kasi Kedaruratan BPBD Trenggalek, Budiharto.
Meluas dan kian parahnya kasus kekeringan tersebut memaksa BPBD setempat, melalui surat keputusan Bupati Trenggalek, menetapkan perpanjangan status darurat kekeringan di daerah itu hingga 15 November.
Sebelumnya Trenggalek telah menetapkan status darurat kekeringan selama tiga bulan, terhitung mulai 15 Juni hingga 15 September. "Periode kekeringan tahun ini memang lebih panjang dibanding tahun-tahun sebelumnya yang hanya berkisar tiga bulanan. Kali ini rentang waktunya bisa mencapai delapan bulan," ujarnya.
Pihak BPBD sendiri telah proaktif dalam melakukan upaya penanggulangan bencana kekeringan. Beberapa langkah taktis yang dilakukan antara lain adalah dengan menyalurkan air bersih ke desa-desa yang mengalami kering kritis secara bergiliran.
Tidak hanya menggunakan dana APBD, bantuan air bersih juga menggunakan dana darurat dari Pemprov Jatim. Penyaluran air bersih menggunakan armada milik PDAM (empat unit) maupun kendaraan truk tangki milik BPBD (empat unit).
"Untuk yang menggunakan kendaraan BPBD saja, selama dua pekan terakhir pengiriman sudah mencapai 230 kali pengiriman. Kebutuhan air bersih akhir-akhir ini terus meningkat sehingga membuat kami kewalahan," ujar Kabid Logistik Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Trenggalek, Jarwono.