REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sebanyak 42 eksekutif muda dari sebuah perusahaan kimia Amerika Serikat PT Dow Indonesia mengikuti program mlaku-mlaku nang Suroboyo (jalan-jalan keliling Surabaya).
"City tour itu merupakan salah satu dari sekian acara yang digelar PT Dow Indonesia di Surabaya," kata Country Government and Public Affair PT Dow Indonesia Dian Widjanarty di sela mendampingi para bule itu mengunjungi Surabaya, Senin (28/9).
Selama seminggu sejak Jumat (25/9) hingga Jumat (2/10), ke-42 eksekusif muda setara manaje" dan people leader itu didatangkan ke Surabaya untuk mengikuti serangkaian acara, termasuk mlaku-mlaku nang Suroboyo itu.
"Kota Surabaya dipilih sebagai pusat kegiatan, karena PT Dow Indonesia melihat Surabaya memiliki potensi bisnis yang sangat menguntungkan, karena itu kami mengajak mereka untuk berkeliling Kota Pahlawan," katanya.
Para eksekutif muda dari berbagai negara yang memiliki perwakilan PT Dow yang didatangkan ke Surabaya itu merupakan karyawan berprestasi yang berpikir inovatif dan bisa menjadi pemimpin yang memotivasi teman-temannya.
"City tour itu penting karena sebagian besar dari mereka baru pertama kali ke Surabaya bahkan ke Indonesia, bahkan dari 42 orang itu hanya satu orang yang pernah ke Surabaya dan itupun belum pernah berkeliling atau mlaku-mlaku," katanya.
Oleh karena itu, mereka banyak bertanya tentang makna dan sejarah di balik semua ikon yang ada, seperti patung Sura dan Baya yang terletak di depan Kebun Binatang Surabaya (KBS).
Tidak hanya itu, mereka juga kagum dengan Galeri Seni "House of Sampoerna" yang sangat bersejarah dalam konteks bisnis. Saat di Hotel Majapahit, mereka diajak membatik hingga terkagum-kagum.
Bahkan, mereka lebih terpesona lagi ketika diajak singgah ke salah satu pusat kerajinan di kawasan Gubeng Surabaya. Barang-barang antik dari kayu, lukisan-lukisan unik pun menjadi buruan mereka.
Mattheu, salah satu peserta dari Eropa, tampak memborong dua lukisan besar untuk dibawa pulang ke negaranya. Dia pun langsung membungkusnya untuk dipajang di rumahnya.
Tidak hanya Mattheu, Stephanie pun melakukan hal serupa. Ia mengagumi piring-piring dari kayu yang menurutnya sangat antik dan lucu. Dia pun langsung membelinya.
Namun, Stephanie agak kecewa karena dia tidak bisa membeli semua barang yang diinginkan, karena pihak toko tidak bisa memfasilitasi dia dan teman-temannya untuk memaketkan ke luar negeri.
"Padahal, di Bali, Papua, semuanya bisa dilakukan. Mereka membantu kami. Di sini, saya kecewa tidak bisa membeli barang sesuai keinginan," kata Stephanie seperti ditirukan Dian Widjanarty.