REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menyatakan aksi terorisme tidak bisa dikaitkan dengan agama apapun di dunia seperti yang distigmakan selama ini oleh seluruh masyarakat dunia atau dalam penyebaran doktrinnya.
"Saya tidak setuju agama dikaitkan dengan terorisme, baik dalam stigma yang muncul di tengah masyarakat dunia dan juga doktrinisasinya," kata Khofifah di Makassar, Senin (28/9).
Khofifah mengatakan hal tersebut saat menjadi pembicara dalam acara 'Training of Trainer' yang bertajuk 'Early Warning Pemahaman Radikal-Terorisme Bagi Perempuan dan Pemuda' di Universitas Islam Makassar.
Menurut dia, dalam hal tersebut, peranan pemimpin agama menjadi penting. Dia mencontohkan Islam, Khofifah menyampaikan pemimpin agama berperan untuk memberikan pengertian tentang paham mati Sahid agar dimaknai secara proporsional dan benar sesuai syariat Islam.
"Di situlah peran pemimpin agama itu menjadi penting dalam membangun ide dan cara berpikir umat dalam memaknai paham yang sesungguhnya tidak mencerminkan ajaran agama itu," ujarnya.
Dia menekankan, terorisme tidak bisa dilegitimasi oleh ajaran agama, terutama Islam karena hukum Islam ada untuk menciptakan rasa aman di tengah masyarakat. "Kita tidak boleh melegitimasi tindak teroris apapun, karena 'syariah' itu adalah untuk menciptakan rasa aman," ujarnya.
Khofifah melanjutkan, harus ada komunikasi dari para pemimpin agama agar bisa memelihara silaturahim dan memanfaatkannya sebagai pintu masuk mengawal masing-masing pengikutnya agar bisa membangun keserasian sosial.
Lebih lanjut, Khofifah mengatakan dengan adanya komunikasi yang terjalin tersebut akan memunculkan perasaan saling menghargai dan saling percaya antar sesama pemeluk agama. "Dengan itu akan muncul respect, sehingga nantinya jika ada satu sinyalemen tertentu yang harus diantisipasi maka tidak akan mudah melakukan 'punishment' karena akan ada saling percaya di situ," katanya.