Ahad 27 Sep 2015 22:00 WIB

Hasyim Muzadi Ajak NU Kembali ke Khittah

Mantan ketua umum PBNU, Hasyim Muzadi.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Mantan ketua umum PBNU, Hasyim Muzadi.

REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Hasyim Muzadi menyerukan organisasi kaum nahdliyin untuk kembali ke khittah NU demi menyelamatkan organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut.

"Memperjuangkan khittah NU saat ini lebih sulit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya karena banyaknya persoalan yang kompleks," kata Hasyim dalam acara halaqah atau pertemuan NU di Pondok Pesantren Ashidiq Putera Kabupaten Jember, Jawa Timur, Ahad (27/9).

Acara halaqah dengan tema "Meneguhkan Kembali Semangat Khittah NU 1926" tersebut dihadiri juga oleh Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang Salahuddin Wahid, Pengasuh Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo KH Ach Azaim Ibrahimy, Dr Mohammad Adnan dari PWNU Jawa Tengah, KH Ali Syekh Ali Akbar Marbun dari Medan, dan beberapa ulama NU se-Keresidenan Besuki.

"Saat ini persoalannya sangat kompleks dan multidimensi, sedangkan dulu hanya masalah internal saja, sehingga perlu semua pihak untuk kembali meneguhkan khittah NU," ucap Pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang itu.

Sementara penyelenggara halaqah NU di Jember, Afton Ilman Huda mengatakan pertemuan di Pesantren Ashidiq Putera Jember merupakan tindak lanjut dari pertemuan di Pesantren Tebu Ireng Jombang, kemudian dilanjutkan di Pesantren Syaicona Cholil Bangkalan. "Dari Madura, kemudian halaqah dilanjutkan ke Ponpes Salafiah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo, hari ini di Pesantren Ashidiq Jember, serta pada Rabu (30/9) rencananya digelar di Ponpes Cipasung Tasikmalaya," tuturnya.

Menurutnya, wasiat almarhum KH Abdul Muchit Muzadi dan isyarah para kiai khos dengan pendekatan spiritual dibutuhkan upaya untuk meneguhkan semangat khittah NU 1926. "Dengan meneguhkan kembali khittah NU, hal itu memberikan peluang bagi NU dan pada garis perjuangan sesuai dengan prinsip-prinsip dasarnya," katanya.

Untuk itu, lanjut dia, perlu dibangun suatu jembatan politik kultural sebagai ikhtiar yang dapat diterima semua pihak sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rumah besar NU. "Organisasi NU jangan dijadikan jembatan untuk kepentingan sesaat, namun NU harus menjadi tujuan utama untuk kemaslahatan umat," ucap pria yang akrab disapa Gus Afton itu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement