REPUBLIKA.CO.ID, MUARA TEWEH -- Penerbangan pesawat dari dan ke Bandara Beringin, di Muara Teweh, Kalimantan Tengah terhenti sejak tiga pekan terakhir akibat kabut asap.
"Penerbangan batal sejak Jumat (4/9) lalu dan hingga saat ini masih terhenti akibat kabut asap," kata seorang petugas Bandara Beringin, Akhmad Sidik di Muara Teweh, Sabtu (26/9).
Menurut dia, meski saat ini kabut asap di Muara Teweh pada Jumat (25/9) sempat berkurang dengan jarak pandang 700 meter, namun kini Sabtu (26/9) kabut asap kembali menyelimuti daerah ini.
"Kondisi kabut asap yang melanda daerah ini tidak bisa diprediksi, meski hari ini cuaca terang, namun besok bisa saja kabut kembali menyelimuti Barito Utara," kata dia.
Sidik mengatakan akibat tidak adanya penerbangan, peneriman Bandara Beringin berkurang seperti pajak bandara dan pendaratan pesawat.
"Penerimaan sejumlah biaya pajak penumpang dan pendaratan pesawat terbang minim akibat tidak adanya penerbangan," kata dia.
Dia menjelaskan maskapai penerbangan yang berhenti adalah Susi Air rute Muara Teweh - Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya yang merupakan penerbangan bersubsidi dari pemerintah pusat (APBN) sepekan tiga kali (Rabu, Jumat, dan Minggu) dengan harga tiket dewasa Rp 273.300 dan bayi Rp 32.730.
Selain itu, Susi Air juga membatalkan rute Muara Teweh-Balikpapan dan Muara Teweh-Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
"Penerbangan ke Banjarmasin dan Balikpapan merupakan penerbangan nonsubsidi dengan harga tiket di atas Rp 1 juta juga dibatalkan," kata Sidik.
Penerbangan lainnya yang juga terhenti yaitu pesawat sewa (carter) perusahaan tambang batu bara dan perusahaan gas yang melayani penumpang di antaranya karyawan itu tiga sampai empat hari dalam sepekan yakni setiap hari Rabu, Kamis, Jumat dan Sabtu.