Jumat 25 Sep 2015 21:30 WIB

Pemotongan Hewan Kurban di Tasikmalaya Turun 40 Persen

Rep: C10/ Red: Karta Raharja Ucu
Petugas Suku Dinas Pertanian dan Peternakan Jakarta Pusat melakukan pemeriksaan kesehatan hewan kurban di kawasan Tanah Abang, Kamis (10/9).  (Republika/Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Petugas Suku Dinas Pertanian dan Peternakan Jakarta Pusat melakukan pemeriksaan kesehatan hewan kurban di kawasan Tanah Abang, Kamis (10/9). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Dampak krisis ekonomi semakin nyata dirasakan masyarakat di daerah. Akibatnya daya beli masyarakat di daerah menurun. Dampak itu tercermin dari jumlah hewan kurban yang dipotong di Kota Tasikmalaya menurun sampai 40 persen dibandingkan tahun lalu.

Kabid Peternakan Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya, Ucu Anwar Surahman melalui Tim Paramedis Hewan Kurban, Subiantoro mengatakan, di banding tahun sebelumnya, tahun ini terjadi penurunan jumlah hewan kurban. Berdasarkan catatan dinas, di 2014 tercatat ada sebanyak 1.700 ekor sapi dan 300 ekor kambing.

Subiantoro menjelaskan, jumlah tersebut merupakan jumlah hewan kurban yang tercacat dari seluruh dewan kemakmuran masjid (DKM) di Kota Tasikmalaya. Tahun ini sekitar 50 DKM telah disurvei. Meski datanya belum semuanya terkumpul, tapi pasti ada penurunan jumlah hewan kurban.

"Jumlah hewan kurban di Kota Tasikmalaya diperkirakan tahun ini menurun sekitar 40 persen," ujar Subiantoro kepada republika.co.id, Jumat (25/9). 

Menurutnya, terjadi penurunan jumlah hewan kurban dapat dipastikan karena hasil surveinya ke beberapa DKM. Tahun lalu di satu DKM, rata-rata memotong 15 sampai 20 ekor hewan kurban. Subiantoro mengungkapkan, tapi tahun ini di satu DKM rata-rata hanya memotong tiga sampai lima ekor hewan kurban.

Sementara, DKM yang paling banyak memotong hewan kurban hanya sampai 10 ekor saja, tidak lebih dari itu. Menurutnya tidak seperti tahun sebelumnya.

Subiantoro menilai menurunnya jumlah hewan kurban hingga 40 persen akibat krisis ekonomi yang sedang berlangsung. Sehingga perekonomian masyarakat di daerah menjadi lesu dan berdampak pada daya beli masyarakat yang menurun.

Memang harga hewan kurban tahun ini lebih mahal dari tahun sebelumnya. Harga satu ekor sapi rata-rata naik sekitar Rp 2 juta dari tahun sebelumnya. Menurut Subiantoro, kenaikan harga dinilai wajar, tapi dampak krisis ekonomi dianggap menjadi faktor utamanya.

"Lesunya perekonomian masyarakat mungkin bisa jadi karena banyak yang di PHK tapi yang jelas perekonomoan sedang menurun," kata Subiantoro.

Sebab, banyaknya yang di PHK di kota-kota besar menurut Subiantoro bisa berpengaruh kepada perekonomian masyarakat di daerah. Maksudnya jika masyarakat dari daerah terkena PHK di kota, jelas imbasnya sampai ke daerah.

Ketua Bidang Ri'ayah DKM Masjid Agung Kota Tasikmalaya, Tubagus H Oom Abdurahman juga mengatakan, di 2014 jumlah hewan kurban yang dipotong di masjid ada sembilan ekor sapi dan tiga ekor kambing. Tahun ini baru ada empat ekor sapi dan tiga ekor kambing.

"Menurunnya jumlah hewan kurban yang dipotong di masjid agung kemungkinan akibat krisis ekonomi," ujar Tubagus.

Penjual Sapi di pasar hewan musiman simpang empat Cisumur Kota Tasikmalaya, Ade Memed juga mengatakan hal serupa. Tahun lalu hewan kurban yang ia jual di pasar musiman sekitar 100 ekor sapi. Tahun ini ia membawa 70 ekor sapi dari Cibalong Kabupaten Tasikmalaya ke pasar hewan musiman. Sisanya ada sekitar 20 ekor sapi tidak terjual.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement