Jumat 25 Sep 2015 16:29 WIB

Maskapai Asal Hong Kong Mendarat Darurat di Bali

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Esthi Maharani
Pesawat Airbus A330 milik maskapai Cathay Pacific berada di parkir setelah mendarat darurat di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Jumat (25/9).
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Pesawat Airbus A330 milik maskapai Cathay Pacific berada di parkir setelah mendarat darurat di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Jumat (25/9).

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Maskapai Cathay Pacific CX170 rute penerbangan Perth-Hong Kong terpaksa mendarat di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali. Humas Angkasa Pura Bandara Ngurah Rai, Sherly Yunita mengatakan kesalahan teknis menyebabkan maskapai penerbangan milik Hong Kong itu memutuskan mendarat darurat di tengah penerbangan.

"Pesawat saat ini masih parkir di bandara. Penumpangnya sebagian sudah diberangkat, sebagian diinapkan di hotel," kata Sherly di Badung, Jumat (25/9).

Sempat beredar kabar dari penumpang bahwa kesalahan teknis yang dimaksud adalah adanya percikan api yang membakar pesawat. Dilansir dari 9news Australia, perwakilan maskapai membantah kabar tersebut.

"Kami konfirmasikan bahwa apa yang dilihat oleh penumpang bersangkutan adalah cahaya mesin yang terlihat seperti api. Ini murni karena kegagalan mesin pesawat di bagian nomor dua, bukan api. Tidak ada kebakaran pada mesin sebab tak ada tanda peringatan kebakaran," kata perwakilan maskapai.

Perwakilan Cathay menegaskan bahwa keselamatan penumpang adalah prioritas utama mereka. Maskapai sedang menyelidiki lebih jauh terkait insiden ini.

Seorang penumpang pesawat bernama Emma Dade mengatakan dia dan dua orang temannya melihat percikan api di mesin pesawat sebelah kanan. Tak lama setelah itu, pilot mengumumkan mereka harus mendarat segera.

"Kami sempat menunggu di landasan pesawat selama dua jam sebelum akhirnya diizinkan turun dan semua penumpang harus membayar visa masuk Indonesia untuk data bagasi kami," kata Emma.

Penumpang lainnya yang anonim mengaku penumpang tetap tenang meski harus mendarat darurat. Seluruh kru pesawat tetap melayani penumpang dengan cara profesional.

"Saat mendarat, penumpang bertepuk tangan karena kami mendarat dengan nyaman dan selamat. Kami duduk di pesawat dua jam sambil sarapan dan menonton film," kata penumpang tersebut.

Sayangnya, kata penumpang tersebut, pesawat yang mengangkut 251 penumpang itu tidak menyediakan uang tunai untuk memproses kedatangan penumpang di Imigrasi Bali. Akhirnya, penumpang harus membayar 35 dolar AS per orang.

Cathay tetap menyediakan akomodasi hotel bagi penumpang yang belum bisa menyambung penerbangan lanjutannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement